Sabtu, 23 Januari 2016

HUTAN RUMAH KITA (HRK), PENTINGNYA MENANAM POHON DAN MENJAGA MATA AIR









Ketika mendengar nama Kecamatan Leuwidamar, tentunya kita akan langsung teringat masyarakat suku Baduy, yang masih mempertahankan adat dan budaya mereka. Tanah mereka adalah tanah yang dijaga dengan kearifan lokal. Namun kelestarian alam di kawasan tersebut tidak akan berlangsung lama jika sekelilingnya semakin lama semakin terdesak oleh penebangan hutan dan pembukaan lahan yang berkepanjangan.

Garuda Nusantara, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat, yang berdiri pada 14 februari 1985 sudah sejak lama peduli dan konsen terhadap pelestarian alam dan budaya suku baduy. Ini ditunjukkan dengan eratnya jalinan persaudaraan dengan masyarakat Baduy. Dan merealisasikan dengan menjadikan sebuah lahan seluas 14 Ha di Cihandam tak jauh dari Ciboleger yang merupakan pintu masuk Baduy, sebagai Hutan penyangga (Bufferzone) . Tanah tandus yang mulai di garap dan ditanami pepohonan sejak tahun 1992 itu pada tanggal 30 Juli 1995 telah diresmikan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup sebagai Hutan Wisata Pendidikan Pemuda untuk Konservasi Alam Lingkungan.






Ully Hary Rusady (Bunda, demikian beliau disapa oleh banyak orang) bersama Garuda Nusantara telah bertahun-tahun berjuang menjadikan tanah tandus tersebut menjadi hutan subur dan sebuah mata air telah mengaliri sebuah sungai kecil, yang kini menjadi sumber air bersih bagi warga yang bermukim di bawah lahan tersebut. Banyak tokoh-tokoh pencinta alam, sebut saja beberapa di antaranya Kang Bongkeng dan Herman Lantang telah turut berpartisipasi dalam usaha penanaman pohon disana. Garuda Nusantara bersama masyarakat Baduy dan pencinta alam, secara terus menerus melakukan penanaman tersebut. Dan seluruh tanaman pohon yang ada di Hutan Rumah Kita bibitnya berasal dari berbagai wilayah pelosok tanah air.






Hutan Rumah Kita seluas 14 Ha seluruhnya telah menjadi tempat pelestarian keanekaragaman hayati dengan berbagai jenis tumbuhan yang ada di dalamnya. Tempat ini menjadi hutan wisata pendidikan untuk konservasi. Terbuka untuk pencinta alam maupun pelajar yang ingin memanfaatkannya untuk belajar tentang alam dan konservasi, dengan cara melaporkan dan meminta izin langsung ke Posko Merah putih atau Sekretariat Garuda Nusantara di Jl. Darmawangsa 10 No 1 Blok A Jakarta Selatan. Namun jangan berharap menemukan bangunan permanen ataupun fasilitas disini. Karena tidak pernah dibangun fasilitas apapun. Garuda Nusantara untuk kegiatan besar di tempat ini menggunakan istilah “Buka Barak”, dimana akan dibangun pondok-pondok sederhana dari bambu dan terpal untuk ruangan barak yang penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan tempat tidur, dapur dan juga membuat mck bongkar pasang. Dengan demikian, setelah selesai kegiatan, hutan ini akan kembali dibiarkan tumbuh alami . selebihnya, jika untuk kegiatan-kegiatan praktis, bisa digunakan tenda.  






Untuk mencapai lokasi Hutan Rumah kita, dari Jakarta bisa naik kereta di Tanah abang yang menuju Rangkas Bitung. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan menggunakan elf yang biasa mengangkut penumpang ke Ciboleger atau pintu masuk Baduy. Akan tetapi sebelum Ciboleger, kita harus belok kearah kiri. Mintalah supir elf untuk mengantarkan ke Cihandam atau HRK, atau lebih dikenal dengan “Leuweungnya Ibu ully”. Hutan Rumah Kita sudah cukup dikenal di masyarakat Leuwidamar. Pintu masuk Hutan Rumah Kita hanyalah ditandai sebuah Papan nama yang berada tepat di ujung jalan setapak .





Memasuki jalan setapak yang menuju ke pelataran Hutan Rumah Kita , kita sudah akan disambut dengan kesejukan dan rimbun pepohonan. Pelataran ini pada saat-saat biasa dibiarkan ‘menghutan’, dan akan dibersihkan ketika ada kegiatan. Disini bisa muat sekitar 10-15 tenda. Atau lebih mengasyikan untuk kemping di sekitar sungai kecil yang berada dibawah. Di dalam Hutan Rumah kita telah ada jalur-jalur setapak untuk memasuki hutan lebih kedalam lagi. 









Berjalan di dalam Hutan Rumah Kita seperti berada jauh dibelantara, karena pepohonan yang mulai tumbuh rapat dan menjulang tinggi. Rasanya tidak akan bisa mempercayai, membayangkan bahwa Hutan ini dulunya adalah lahan kering dan tandus. Bagi garuda nusantara, ini adalah Rumah sekaligus halaman tempat bermain dan pulang. Pulang ke HRK adalah kerinduan yang sama bagi seluruh anggotanya. Flora dan Fauna pun sudah mewarnai jalan setapak di dalamnya .









Semoga Hutan Rumah Kita akan semakin rimbun dan menjadi penyangga bagi lingkungan sekitarnya. Juga menjadi contoh bagaimana sebuah usaha keras untuk penghijauan dan konservasi itu bukanlah hal yang mudah, tetapi juga bukan tidak mungkin. Dan begitu penting untuk terus melakukan penanaman pohon dan menyelamatkan sumber mata air, yang sangat mempunyai peran penting dalam kehidupan. Semoga akan banyak Hutan Rumah Kita yang lainnya yang mampu menjadi penyumbang air dan oksigen bagi kehidupan.