Rabu, 14 September 2016

GOLDEN WALL , TEBING KEBERUNTUNGANKU




Ekspedisi NKRI menyisakan begitu banyak cerita yang akan selalu tercatat dengan rapi. Bermula dari penugasan dari Garuda Nusantara untuk mengikuti Ekspedisi NKRI Koridor Sulawesi tahun 2013. Mengikuti proses pendaftaran hingga terlempar ke tempat yang luar biasa ; Situ Lembang !. Luar biasa karena tempat ini pernah ada di dalam pikiran dan mimpi-mimpi dan karena memang tempat yang luar biasa.






Situ Lembang berada di kawasan Bandung Utara, pada koordinat 6o 44’35.53” S 170o 34’31.75 E. Situ Lembang berada diantara Gunung Burangrang danTangkuban Perahu. Rangkaian gunung yang nelingkari Situ Lembang konon merupakan bagian dari kaldera Gunung Sunda purba setinggi 3.000-4.000 mdpl, dan rangkaian pegunungan ini terdiri dari dinding-dinding terjal yang terbentuk akibat letusan gunung yang dahsyat yang terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu. Selain terkenal sebagai tempat wisata, Situlembang juga adalah merupakan kawah candradimuka bagi prajurit-prajurit TNI, karena merupakan arena berlatih bagi pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus).





Sejarah tebing Golden Wall sendiri adalah ketika diputuskan untuk mencari tebing untuk tempat berlatih, yang selama ini masih selalu menggunakan Tebing di Citatah. Komandan Pusdikpasus Kopassus Batujajar , ketika itu Kol.Inf.Ricky Samuel memberikan instruksi pada Opslat untuk menacari titik-titik tebing di kawasan SituLembang. Kemudian tim dibantu Tedi Ixdiana dan tim Skyger melaksanakannya hingga 25 September 2008 ditemukanlah tebing di daerah Pasir Limus – Situ Lembang. Tebing ini oleh Kol.inf.Ricky Samuel diberi nama “Golden Wall” karena dianggap sebagai aset berharga ibarat sebongkah emas di dalam kawaan Situ Lembang, karena teramat pentingnya.

Tebing ini mempunyai ketinggian sekitar 50m dan lebar 100m, dan untuk tingkat kesulitannya menurut Tedi Ixdiana untuk jalur sport bervariasi antara 5,9 sampai 5,12, sedangkan untuk artificial antara A3 dan A4. Tebing dengan jenis batuan Andesit ini, akhirnya dirintis menjadi area berlatih panjat tebing, dengan jalur pertama dibuat oleh ketika itu Serda Cucu Suryaman, dan sejak itu Tedi Ixdiana dibantu teman-teman Skygers hingga kemudian diteruskan oleh tim Indonesia Climbing Expedition terus membersihkan tebing dan menggunakannya untuk ajang berlatih, begitu juga dengan tim Pendaki Serbu.

Adapun jalur-jalur yang sudah tercatat yaitu :
-          Sideway, grade 5,10a , pembuat jalur Tedi Ixdiana & Skygers
-          Crack, Grade 5,10a, pembuat jalur Serda Cucu 7 Tedi Ixdiana
-          Pohon, grade 5,9, pembuat jalur Tedi, Dicky dan Adi
-          Adrenalin, grade 5,11a – A3, pembuat jalur Tedi & Bob
-          Hanoman,, grade 5,11a-A3, pembuat jalur Dakibu Kopassus


Dan ketika materi kelas malam ketika itu adalah Vertikal Rescue, berdiri dihadapan sekian ratus peserta Ekspedisi, Tedi Ixdiana dan tim Indonesia Climbing Expedition. Seorang tokoh legenda pemanjat tebing yang namanya sudah sangat aku kenal, karena pernah menngagendakan latihan bersama tim ekspedisi sabang merauke yang aku bentuk, sayang tidak dilanjutkan. Dan malam itu peserta ekspedisi sangat antusias mengikuti materi tersebut.

Kesempatan bertemu dengan sang guru adalah ketika sedang memberikan pelatihan untuk tim jelajah ekspedisi NKRI di luar. Hingga sampailah seluruh peserta Ekspedisi NKRI ke tebing yang bernama Golden Wall. Berjejer bersama para tentara , mahasiswa dan polisi aku berdiri menghadap dinding-dinding tebing Golden Wall. Ini pertama kalinya lagi aku berhadapan dengan tebing setelah bertahun-tahun meninggalkan Tebing Kelapa Nunggal dan Citatah. Aku yang tidak pernah mendalami dunia panjat tebing, bahkan tidak pernah sekalipun mencoba memanjat dinding-dinding panjat , terpana, dan naluri yang muncul ketika pertama kali mencoba memanjat di tebing Kalapanunggal hingga ketagihan mulai datang kembali. Setidaknya tangan dan jari-jariku sempat kembali menyentuh dan merayapi tebing tersebut. Sesaat saja, karena waktu yang singkat dan banyaknya peserta yang antusias untuk mencoba. Namun seperti seorang gitaris yang menemukan sebuah nada kunci awal untuk sebuah karya musiknya yang indah, aku menemukan kembali rasa dan naluri itu. Dan semua tersimpan dalam genggaman tanganku.







Setahun kemudian pada saat materi yang sama di Tebing Golden Wall, di antara peserta Ekspedisi NKRI Koridor Maluku tahun 2014 aku kembali berada dihadapan tebing itu. Bukan sebagai peserta, namun membantu Mayor Munir mendokumentasikan kegiatan latihan dan simulasi Vertical rescue hari itu. Dan aku memanfaatkan momen ini untuk kembali me-review ingatan tentang teknik pemanjatan dan penggunaan peralatan. Dan mencuri-curi bertanya pada salah satu asisten dari kang Tedi (begitu dia sering disapa), hingga berkesempatan untuk bertemu dengan beliau setelah latihan dan simulasi selesai.





Golden Wall ternyata menjadi Tebing keberuntunganku, menjadi awal yang tidak terduga untuk kembali menekuni dunia panjat tebing yang dalam mimpipun aku tidak pernah membayangkannya. Karena buatku dulu memanjat tebing hanyalah sekedar keisengan menjauh dari keramaian kota bersama seorang sahabat yang sudah almarhum. Bukan menaklukkan tebing yang kami lakukan, tetapi mengakrabinya sebagai bagian dari perjalanan yang tak pernah henti kami rangkai untuk segala hal. Golden Wall menghantarkan aku pada seorang Guru dan Pelatih sehebat kang Tedi Ixdiana. Berkesempatan untuk turun ke Bandung dan menikmati sarapan Bubur ayam bersama sang guru, bermulalah segala ide dan rencana-rencana gila (menurut aku gila karena telah begitu lama aku tinggalkan) untuk kembali memanjat lagi, kali ini bersama teman-teman tercinta dari Komunitas Perempuan Petualang atau Srikandi Nusantara yang telah aku dirikan sejak 2012. Dan segala motivasi serta ,kepercayaan diri yang diberikan oleh sang guru terus dan tetap menyertai langkahku.

Golden Wall adalah tebing keberuntunganku, dan hingga saat ini bangga telah bisa turut berpartisipasi dalam mewujudkan gerakan sejuta pemanjat untuk Indonesia . Bangga bisa menjadi bagian dari Pasukan Merah yang sangat luar biasa......