Rabu, 01 Februari 2017

SERUNYA TREKKING DAN BOULDERING DI TEBING KARANG DAEU CILETUH










Ini Ciletuh sebelah mana lagi? Barangkali banyak pertanyaan yang muncul bagi mereka yang sudah mengenal wilayah Geopark Ciletuh atau Taman Bumi Ciletuh. Tempat yang tak habis-habisnya untuk di eksplore setiap sudutnya. Pada umumnya pengunjung Geopark Ciletuh mengenal Panenjoan, Pantai Palangpang dan beberapa Air Terjun yang tersebar di wilayah ini. Namun ternyata masih banyak sudut-sudut Taman Bumi Ciletuh yang indah dan menarik untuk didatangi. Seperti yang membuat penasaran beberapa orang pemanjat dan penggila tebing dan trekking ini. Setelah sempat menyaksikan Tebing Karang Daeu dari laut, tak ada Kapal jalan kaki pun dilakoni untuk mencapai tempat tersebut.

Karang Daeu berada di pinggiran laut sekitar 5 Km dari Pantai Palangpang. Dari Pantai ini kelihatan Air Terjun Curug Cimarinjung yang juga merupakan arena panjat tebing bagi para Climber, yang Jalur panjatnya dibuka oleh Indonesia Climbing Expedition. Jika berkemah atau bermalam di Pantai Palangpang, maka waktu yang terbaik untuk melakukan perjalanan ke Karang Daeu adalah pagi hari saat matahari baru muncul. Selain bisa menyaksikan langit pagi yang menghantar matahari terbit, juga tidak terlalu panas ketika diperjalanan. Dimulai dari menyusuri Pantai Palangpang ke arah terlihatnya Curug Cimarinjung di ujung pantai Palangpang. Kemudian melewati sebuah muara dimana terdapat sebuah jembatan bambu.





Di Ujung Pantai Palangpang, jalur mulai meninggalkan bibir pantai dan naik memasuki kawasan hutan pantai yang sudah ada jalan setapaknya. Sepanjang jalur kita akan menemui jejak-jejak sapi yang oleh pemiliknya dilepas di kawasan tersebut. Ini lebih mirip dengan jalur Citadahan-Cibunar nya Ujung Kulon, dimana banyak sekali jejak banteng karena merupakan habitatnya. Sapi-sapi ini tidak dikandangkan dirumah tetapi dilepas di kawasan dimana disanalah mereka mencari makan dan tinggal. 






Tetapi kita tidak akan menemukannya sepanjang jalur tersebut karena biasanya mereka berada di sisi yang mendekati laut. Jalan setapak yang dilalui adalah jalan tanah dan bebatuan yang jika hujan akan menjadi genangan air dan berlumpur. Setelah menempuh jarak sekitar 1 km lebih jalur kembali mengarah ke pantai, dan kita akan menemukan hamparan karang yang unik. Dan tempat itu dinamakan Karang batu Beulah, mungkin karena terdapat sebuah karang besar di antaranya yang bentuknya seperti terbelah entah oleh apa. Dan memang pada dasarnya penggila tebing, di sela-sela karang-karang tersebut ditemukan saja dinding karang untuk sekedar bergantung dan melakukan Bouldering.







Dari Karang Batu Beulah jalur kembali masuk menjauhi pantai dan naik turun. Terlihat dua buah curug yang tinggi dan bersebelahan. Air yang jatuh di antara dinding-dinding tebing tersebut terlihat sangat jernih, berbeda dengan Curug Cimarinjung yang berada sejalur di hamparan dinding-dinding tebing tersebut namun berasal dari sungai yang berbeda. Air Terjun ini cukup jauh dari jalur, namun pecahan aliran anak sungainya terdapat hampir disepanjang jalur, sehingga tak perlu khawatir kehabisan air minum jika trekking ke sini. Beberapa aliran air yang sangat jernih memintasi jalur setapak yang dilalui. Kemudian melewati sebuah anak sungai yang cukup indah jika disusuri hingga ke arah dalamnya. Air sungai yang jernih ini terlihat agak keabu-abuan mungkin karena kandungan mineral atau bebatuan yang menjadi dasarnya. Tetapi tidak mengurangi kesegarannya yang ditengah terik menggoda untuk berendam di dalamnya. Tetapi perjalanan masih jauh.







Banyak tumbuhan dan pepohonan tinggi yang ditemukan di jalur berikutnya. Dan ketersediaan air yang jernih tersebut ditandai dengan banyaknya spesies Capung yang berterbangan di jalur yang merupakan perpaduan dari padang rumput, ilalang dan anak-anak sungai kecil yang melaluinya. Bagi pencinta Capung ini akan menjadi tempat yang menyenangkan dengan duduk manis mengamati Capung-capung tersebut berterbangan di kehijauan sekitarnya.






Setelah melewati jalur yang naik turun, bisa istirahat sejenak di saung milik salah seorang petani yang membuka lahan pertanian disana. Tak jauh berjalan dari tempat tersebut jalur mulai menurun dan keluar ke bibir pantai, yang disebut dengan Keusik Bodas atau pasir putih. Tebing Karang Daeu sudah terlihat dari sini. Namun jaraknya masih sekitar 1 km lagi dengan menyusuri pantai berpasir putih tersebut. Di perjalanan kita akan menemukan nelayan-nelayan yang sedang menjala ikan. Mereka memiliki pondok-pondok disisi dalam tak jauh dari pantai. Biasanya mereka juga adalah pemilik bagang-bagang yang terdapat diperairan sekitar, namun pada siang hari mereka menjala ikan disekitar pantai yang berbatu karang tersebut.







Dan sampailah di Karang daeu yang dikelilingi oleh hamparan batu-batu karang yang sangat indah. Untuk menuju Tebingnya harus menyeberang melalui hamparan lantai batu karang yang berada dibibir pantai, sehingga harus membuka sepatu terlebih dahulu, atau jika pandai-pandai memilih jalur yang dilalui, air laut hanya semata kaki di lantai karang tersebut. Dan tibalah di tebing Karang daeu yang pantas untuk disebut sebagai “ Boulder Park”.  Tebing dinding karang ini dibawahnya terdapat semacam teras dengan jarak yang lumayan dari tepiannya yang dihantam ombak yang tidk terlalu tinggi. Di sela-sela dinding tebing bisa digunakan untuk beristirahat dan berteduh dari sengatan terik matahari.

Dan tentu saja inilah tujuan mendatangi tempat ini, ‘bouldering’ sepuasnya. Walau hanya coba-coba karena waktu yang tak cukup banyak. Setidaknya memuaskan rasa penasaran yang muncul sebelumnya. Dan tempat ini layak dijadikan tempat berlatih. Dengan membawa peralatan yang cukup, bisa bermalam di dekat sungai sebelum keluar Pantai keusik Bodas, atau di dekat pondok nelayan tak jauh dari sana. Tak ada salahnya dicoba dikesempatan yang akan datang. Yang jelas, jangan pada saat musim angin barat, dimana cuaca sangat buruk dan ombak sedang tinggi-tingginya. Well silahkan mencoba, karena petualangan adalah pengalaman yang terbaik dalam menemukan hal-hal baru dalam hidup.