Rabu, 05 April 2017

COASTAL WOODLAND CIKASO DAN JEJAK PERJALANAN SRIKANDI NUSANTARA










Menjelajahi keindahan Sukabumi memang tak ada habisnya. Tak cukup sekedar mengunjungi deretan air terjun dan tebing-tebing indah di kawasan Geopark Ciletuh dan Jampang Kulon, selalu ada alasan untuk kembali menyinggahi sudut-sudut lainnya. Tetapi bagaimana menjadikan sebuah perjalanan atau petualangan lebih bermakna daripada sekedar kata jalan-jalan. Itulah yang perlu dikemas sehingga sebuah perjalanan bisa memberi manfaat bagi alam dan masyarakat sekitar. Sebagian orang menyebutnya wisata berbasis lingkungan, dan itu lebih mengasyikkan daripada sekedar jalan-jalan hura-hura atau “selfiepicnic” yang hanya datang foto-foto lantas pulang. (abaikan istilah tersebut karena tidak terdapat dikamus manapun :D )

Berawal karena penasaran dengan nama “Coastal Woodland” ditambah kecintaan terhadap hutan mangrove, setelah melaksanakan kegiatan lingkungan di Curug Kaca yang terdapat di Desa Cisuru, muncul ide untuk bersama-sama membantu penanaman pohon mangrove di tempat tersebut. Maka tim ajag ijig Srikandi Nusantara (Komunitas Perempuan Petualang Indonesia) mulai kasak kusuk menyusun perencanaan dan persiapan kegiatan tersebut. Setelah berkordinasi dengan teman-teman Discover Jampang dan Pokmasi ( kelompok masyarakat lokal yang dipercaya sebagai pengelola area hutan mangrove tersebut).

Pada hari yang telah ditunggu-tunggu, dengan membawa perlengkapan kemping yang seperti pindah rumah, tim menuju Surade, bertemu di Lets Coffee Surade yang menjadi tempat meeting favourite. Cafe di Surade ini adalah milik salah seorang anggota Discover Jampang, yang sering menjadi tempat pertemuan para penggiat alam dan penggerak pariwisata di Sukabumi khususnya untuk kawasan Geopark Ciletuh dan Jampang Kulon. Disinilah sering muncul ide-ide kreatif dari diskusi-diskusi tentang pariwisata dan lingkungan. Di Cafe unik dan bersahabat ini , bila berkunjung bisa menikmati ke-khas-an kopi jampang.






Dari sini perjalanan menuju Cikaso dimulai. Dari Lets Coffe yang berada di Surade ini perjalanan mengambil arah menuju Curug Cikaso yang menempuh waktu sekitar 30-45 menit. Di pinggiran sungai Cikaso dikawasan Curug Cikaso telah dibangun sebuah dermaga untuk perahu-perahu yang digunakan untuk mengantar pengunjung berwisata ke Curug. Tim tidak dijemput di dermaga ini melainkan di bawah jembatan, tempat perahu-perahu lain yang merupakan alat transportasi masyarakat yang berada di sepanjang sungai Cikaso hingga ke hilir muara sungai .  Perahu yang akan ditumpangi adalah milik Pak Haji yang adalah Ketua Pokmasi yang mengelola kawasan hutan mangrove Coastal Woodland. Niat untuk berpartisipasi menanam pohon mangrove disana mendapat sambutan yang baik sekali dari mereka. Dan tepat dibawah terik matahari siang yang menyengat, perahu mulai membawa tim menyusuri sungai Cikaso. 




Perjalanan menyusuri sungai Cikaso ini serasa menyusuri sungai di pedalaman Sumatera atau Kalimantan (ah ini hanya imajinasiku saja ya pembaca). Dan ternyata di sungai ini masih terdapat buaya, yang akhirnya terlihat saat perjalanan pulang. Semoga sungai Cikaso tetap terlindungi sebagai habitat mereka. Setelah sekitar 30 menit perahu sudah mulai memasuki muara dan terlihat lautan dihadapan. Sebelum berbelok ke kanan menuju kawasan Coastal Woodland, perahu menepi ke daratan sebelah kiri, dimana ada sebuah desa bernama Tegal Buleud. Ternyata harus bersandar sejenak untuk menunggu air laut pasang. Karena saat itu air laut sedang surut, maka perahu tidak bisa melewati sungai yang dangkal permukaannya. Ini di akibatkan oleh sebuah fenomena alam yang mengakibatkan perubahan pasang surut di muara. Sejenak tim hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk dan mengambil foto ditepian Tegal Buleud.








Sebelumnya mendapatkan gambaran bahwa tempat untuk camp di kawasan Coastal Woodland ini adalah savana luas tanpa pohon satupun, terbayang sudah teriknya. Tapi tekad untuk menanam mangrove menghapus semua bayangan itu. Ketika perahu menuju kawasan, mulai terlihat panorama indah sepanjang sungai. Deretan pohon-pohon Mangrove di pinggiran sungai terasa menyejukkan hati, langit biru terik tak lagi dihiraukan. Tim menikmati semua itu sebagai sebuah petualangan yang menyenangkan.









Dan akhirnya perahu memang sempat tersendat karena permukaan sungai yang surut, Pak haji dan anak buahnya dibantu oleh teman SN terpaksa harus turun kesungai untuk mendorongnya. Tetapi jarak menuju Camp sudah sangat dekat, sehingga tidak begitu meyulitkan. Dan ketika sampai di daratan tempat Camp di kawasan Coastal Woodland bayangan ku tentang tempat itu langsung berubah total. Memang tidak ada pohon di tempat camp, tetapi dihadapan terbentang hamparan rerumputan hijau dan pohon cemara laut yang tumbuh setinggi pinggang orang dewasa, berjejer rapi dibawah nuansa langit biru. Tim menurunkan barang-barang bawaan dari perahu ke areal Camp. Hal pertama yang harus dilakukan adalah operasi bersih, ketika melihat sampah-sampah bertebaran di areal Camp. Sepertinya areal camp bersih, hanya saja sampah yang dikumpulkan sebelumnya sudah diacak-acak oleh anjing dan bertebaran di tiup angin.







Selanjutnya adalah mendirikan tenda besar dan berbagi tugas lainnya. Mendirikan tenda pasukan berukuran 4x8 lumayan sulit, dan hanya bisa tertawa bersama ketika tenda sudah berdiri ternyata salah, sesuatuu sekalii, mulai dari awal lagi. Dan sementara hari mulai beranjak petang. Hatipun mulai berpacu antara hendak menyelesaikan mendirikan tenda dan mengeluarkan kamera untuk memotret senja yang indah di Coastal Woodland.








Dan akhirnya disela-sela mendirikan tenda dan merapikan peralatan, semuanya berkutat dengan hape dan kamera. Ya, senja di Coastal Woodland benar-benar anugrah bagi tim hari itu, menjadi bonus yang luar biasa indah setelah menempuh perjalanan jauh. Langit yang tadinya biru dengan arak-arakan awan yang indah telah berubah warna menjadi warna warni yang membuat takjub. Maka layaklah Coastal Woodland Cikaso untuk menjadi tempat favourite bagi para pemburu sunset.  Meski tak maksimal mengabadikannya di sela-sela mendirikan tenda dan membereskan peralatan, namun akan terekam oleh lensa yang tak ada duanya yaitu ; mata hati.









Tak cukup itu, gelap malampun langit dihiasi purnama yang temaram di atas Coastal Woodland. Ketika batang-barang telah dibereskan ke dalam tenda besar, tim mulai mempersiapkan makan malam. Dan malam itu tim kedatangan tamu dari Discover Jampang yang singgah untuk melihat dan bersilaturahmi. Sembari berbincang dibawah langit malam dihamparan rumput hijau, pelan-pelan masakan untuk makan malampun selesai, dan beramai-ramai menyantapnya.






Tepat tengah malam seluruh anggota tim beristirahat, karena besok pagi tugas besar menanti. Tidur berdesak-desakan di bagian ujung tenda yang sengaja terbuka hingga langit malam terlihat jelas. Letih membuat semua terlelap dalam sekejap, dan terjaga saat subuh tiba. Sejenak terasa sejuk oleh hujan yang turun. Dan langit pagi mulai menampakkan matahari yang membawa sinar dalam semburat jingga yang indah di atas muara Cikaso









Kesibukan di Camp mulai meramaikan suasana pagi di Coastal Woodland Cikaso. Yang berbenah, berdandan (karena Srikandi meski parak-aprakan masuk belantara tetap tak lepas dari kodratnya sebagai seorang wanita), memasak, foto-foto narsis, dan penuh canda. Menikmati suasana lepas pagi itu sebelum berkutat dengan lumpur dan bibit-bibit mangrove. Hamparan padang rumput dan pohon-pohon cemara laut di Coastal Woodland memiliki pesonanya sendiri dibawah langit biru berawan cantik. Terlalu sulit untuk mengungkapkan keindahan yang berasal dari kolaborasi alam seperti itu.












Dan dimulailah tugas itu, dan kami menyebutnya “bersenang-senang”, menuju area tempat penanaman pohon mangrove. Pohon yang ditanam adalah jenis Apiapi. Dengan bertelanjang kaki tim yang berjumlah 8 orang siap membawa bibit pohon dan masuk lumpur. Untuk pembibitan mangrove disini dikelola oleh kelompok masyarakat lokal yang bertempat tinggal dikawasan tersebut. Bibit yang tersedia berjumlah ribuan, dan mereka menanamnya setiap hari. Tempat penanaman untuk Srikandi Nusantara telah disediakan oleh Pak haji, dan dengan aturan jarak yang menggunakan tali maka sistem penanaman dilakukan secara berjejer dan serentak. Dengan penuh semangat dan canda ria tim menanam pohon mangrove tersebut. Karena judulnya bersenang-senang, maka tidak ada yang mengeluh, sebaliknya dengan riang gembira menanam bibit-bibit pohon tersebut. Bahkan ketika turun hujan, tim tetap bergerak. Dan tanpa sadar garis awal penanaman telah jauh tertinggal. Dan dalam waktu kurang lebih 2 jam, sekitar 1000 pohon telah ditanam oleh tim Srikandi Nusantara. Maka tidak ada kebahagiaan lain saat itu menatap deretan bibit pohon mangrove yang sudah tertata rapi. Tim meninggalkan area dan kembali ke camp. Bonus lainnya menunggu, tim dibawa oleh Pak Haji dan Pak RW menyinggahi tempat indah lainnya dikawasan itu. Kemudian ditengah terik matahari siang, mulai berkemas untuk meninggalkan Coastal Woodland.








Selesai sudah melaksanakan misi turut berpartisipasi dalam upaya mencintai bumi. Setiap perjalanan dan petualangan menjadi lebih bermakna jika bisa memberi manfaat bagi alam dan masyarakat sekitar. Itulah arti sebuah kebahagiaan. Dan pulang bukanlah berarti akhir segalanya dari tugas ini, karena tugas lain menanti kembalinya tim untuk melakukan pengecekan dan penanaman berikutnya. Tak ada kata menyerah, dan melalui perjalanan ini terjawab sudah rasa penasaran terhadap sebuah nama “Coastal Woodland Cikaso” yang luar biasa indah. Tempat ini kelak akan menjadi sangat indah ketika pohon-pohon cemara laut itu telah tumbuh besar dan hutan mangrove telah rimbun . Ingin menyinggahi tempat ini? Jangan lupa berpartisipasi dalam penanaman bibit pohon mangrove yaa. Dan jangan lupa juga untuk tidak meninggalkan sampah bertebaran ditempat ini. Buatlah Bumi tersenyum, karena telah begitu banyak keindahan yang telah diberikannya untuk setiap perjalanan.