Selasa, 26 September 2017

WORLD RHINO DAY 2017: BTNUK MENGGELAR LOMBA LINTAS ALAM ‘JELAJAH RUMAH SI BADAK’

                                         
 

World Rhino Day atau Hari Badak se-Dunia diperingati setiap tanggal 22 September. Sebagai satu-satunya habitat dari Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), Balai Taman Nasional Ujung Kulon memanfaatkan momentum penting ini dengan membuat rangkaian kegiatan yang bertujuan menggalang dukungan dan kepedulian dari banyak pihak sehingga bisa meningkatkan kerjasama untuk konservasi Badak di Taman Nasional Ujung Kulon.

Balai Taman Nasional Ujung Kulon telah melakukan pengelolaan pada berbagai bidang terkait antara lain pengelolaan satwa baik badak jawa, banteng dan owa jawa, pengelolaan tumbuhan langka dan tumbuhan invasive, peningkatan sarpras wisata, pemberdayaan masyarakat serta pendidikan konservasi. Dalam upaya menyebarluaskan informasi terkait potensi keanekaragaman hayati dan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon, maka berbagai kegiatan dilakukan menyesuaikan dengan target audiens yang ingin dicapai. Salah satunya adalah pelaksaan kegiatan kampanye konservasi dengan target sasaran kegiatan adalah mahasiswa pecinta alam melalui Lomba Lintas Alam.

Kegiatan Kampanye Konservasi Melalui Lomba Lintas Alam Bagi Pecinta Alam Tahun 2017 dimaksudkan sabagai salah satu ajang promosi pengelolaan kawasan Taman Nasional Ujung Kulon dengan flagship spesiesnya – badak jawa kepada masyarakat umum. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai potensi keanekaragaman hayati di kawasan TN. Ujung Kulon dan pengelolaan yang telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon kepada generasi muda usia produktif, yaitu mahasiswa pecinta alam.

Perencanaan kegiatan Lomba Lintas alam ini terbilang singkat persiapannya tak lebih dari sebulan, dan ini memang perdana di adakan di Taman Nasional Ujung Kulon. Dengan berbagai pertimbangan untuk kegiatan lomba ini hanya terbatas untuk Mahasiswa Pencinta Alam yang mendapatkan rekomendasi dari Kampus masing-masing. Hanya beberapa hari sejak flyer di share diberbagai media sosial, banyak sekali yang menghubungi Kontak person, dan menyayangkan karena tidak di buka untuk umum. Namun sebagai awal dari kegiatan yang rencananya akan diadakan setiap tahun, maka Balai Taman Nasional Ujung Kulon sepakat untuk membatasinya dengan pertimbangan medan yang belum cukup dikenal oleh peserta dan meyakini bahwa jalur yang dilalui akan aman untuk Mahasiswa Pencinta Alam yang memiliki dasar pendidikan alam terbuka.

Hingga menjelang hari pelaksanaan kegiatan telah terpenuhi kuota sebanyak 25 peserta yang merupakan Mahasiswa Pencinta alam dari berbagai daerah di Jadebotabek, Banten, Pandeglang, Bandung, Lampung hingga yang terjauh berasal dari Semarang. Namun pada saat hari terakhir, sayang sekali beberapa organisasi mapala yang sudah mendaftarkan diri menyatakan mengundurkan diri, sehingga jumlah peserta dihari pelaksanaan kegiatan hanya tersisa 17 tim yang masing-masing terdiri dari 5 orang.


Peserta yang mengikuti Lomba Lintas Alam ini mendapatkan fasilitas sebagai berikut : Free biaya pendaftaran, transportasi dari Kantor Balai di Labuan, asuransi, makan selama kegiatan, dan juga kaos serta sertifikat. Pada tanggal 22 September peserta diberangkatkan dari Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon menuju Camp di resort Legon Pakis yang berjarak sekitar 200 m dari Cilintang yang menjadi pusat kegiatan World Rhino Day 2017. Areal dibelakang kantor Resort Legon Pakis ini telah dibuka dan dijadikan Camping Ground, dan juga dibuatkan dua buah sumur untuk MCK darurat selama kegiatan. Camping Ground ini berada dipinggir pantai yang cukup bersih dengan pohon-pohon disekitarnya. Peserta membawa sendiri perlengkapan Camping mereka.

Sementara itu kesibukan mulai tampak di Pos Cilintang yang menjadi pusat kegiatan World Rhino Day 2017 Taman Nasional Ujung Kulon. Tenda-tenda pameran dan tenda acara telah didirikan. Beberapa staff BTNUK tampak mengatur persiapan-persiapan perhelatan yang mengambil tema ‘Di Ujung Cula Badak Jawa’ ini. Dan tentunya tim pelaksana kegiatan Lomba Lintas Alam yang sudah standby dilapangan. Pagi sekali tim yang terdiri dari Petugas TNUK, RPU, JRSCA, Basarnas dan Srikandi Nusantara telah siap menembus jalur Cilintang – Seuseupan – Pangorok – Karang Ranjang untuk memasang tanda arah dan materi tentang konservasi Badak Jawa di titik-titik yang telah ditentukan. Jalur yang diambil untuk rute pertama bukanlah jalur yang digunakan untuk pengunjung umum, tetapi jalur Cilintang – Seuseupan adalah jalur yang digunakan untuk patroli petugas RPU . Jalur ini juga adalah merupakan lintasan Badak. 


                                         



  
Jalur Cilintang – Seuseupan yang membelah utara ke selatan ini melalui Transek 3,5 yang merupakan titik pemantauan Badak di area tersebut.  Jalur yang hanya digunakan untuk patroli itu tidak terbuka sebagaimana jalur biasa. Karena itu tim memasang tanda arah dengan jelas, menutup persimpangan-persimpangan jalur dan mempertegas jalur dengan jejak-jejak yang cukup jelas sehingga aman untuk peserta. Untuk kondisi medan sendiri jalur ini adalah merupakan hutan hujan tropis dataran rendah dengan topography yang bisa dikategorikan grade 2 hingga 3 dimana tidak ada medan yang cukup ekstrem untuk dilalui hanya berupa turunan dan tanjakan yang tidak begitu dalam atau tinggi dengan ketinggian berkisar 0-25 mdpl. Untuk hitungan Mapala medan seperti ini terhitung ringan dan sedang, dengan jejak-jejak dan tanda arah yang jelas diharapkan peserta tidak menemui rintangan yang berarti untuk melewatinya.




Di beberapa titik dipasang materi pengenalan konservasi Badak seperti pengetahuan Pakan Badak dan tempat berkubangnya. Sehingga sepanjang jalur ini peserta secara tidak langsung bisa belajar dan mengenali hal-hal yang terkait dengan Badak. Dan tentunya ini adalah bahan yang akan menjadi materi uji di pos-pos berikutnya, dimana Lomba Lintas alam ini penilaiannya adalah 40% pengetahuan konservasi Badak, 40% materi ke-pencintaalam-an dan 20% sisanya adalah kekompakan, kerapihan dan kebersihan kemudian ditambah bonus kecepatan.






Setelah menempuh jarak sekitar 6,6 km dari Cilintang, angin laut mulai terasa dan sedikit menurun jalur berakhir di pantai . wilayah ini disebut dengan Seuseupan dan akan menjadi pos pertama untuk uji materi Konservasi Badak. Tentunya sambil mengejar waktu nantinya peserta tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menikmati indahnya pantai selatan Ujung Kulon yang berpasir putih dan hamparan karang indah. Peserta pertama yang sampai ditempat ini masih sangat pagi sehingga tidak merasakan terik matahari. Dari sini arah jalur adalah menyusuri pantai terbuka dengan jarak sekitar 1 km kemudian kembali masuk ke hutan. Pos Pangorok sendiri adalah merupakan tebing dengan cerukan-cerukan dibawahnya yang habis terkikis oleh ombak. Berjalan sedikit lagi lebih ke dalam, maka peserta akan menemukan pos II dimana akan diujikan materi pencinta alam bagian pertama.

Pada tanggal 23 pagi tim pertama Lomba Lintas Alam dilepas pada pukul 06.30 berjarak 5 menit dengan tim berikutnya.  Dari Cilintang peserta ditargetkan sampai di pos I Seuseupan sekitar jam 08.30, tetapi ternyata lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Kecepatan tidak menjadi penilaian utama tetapi menjadi nilai bonus yang bisa menambah point peserta di akhir lomba atau saat menyelesaikan lomba.



Dari Pos II Pangorok jarak ke Pos terakhir yaitu Karang Ranjang berjarak sekitar 1,5 km mengikuti jalur yang sudah ada dan memang sering dilalui ditambah tanda-tanda arah dan jejak yang cukup jelas. Tim pertama yang masuk Karang Ranjang sekitar pukul 09.10 kemudian diikuti tim-tim berikutnya. Di pos ini diujikan materi pencinta alam bagian kedua. Bukan soal-soal yang sulit sebenarnya karena adalah merupakan meteri dasar dalam pendidikan dasar pencinta alam secara umum. Namun letih membuat peserta agak sedikit sulit berkonsentrasi dengan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tetapi bagi tim lain yang menguasai materi tersebut tidak begitu sulit untuk mengerjakannya. Dari pos Karang Ranjang peserta hanya tinggal menyelesaikan jalur terakhir dengan mengejar kecepatan dan ketepatan waktu. Jalur dari Karang Ranjang terhitung sangat mudah dilewati karena merupakan dataran rendah dengan jalur yang cukup jelas karena merupakan jalur umum yang terbuka bagi pengunjung kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Jarak dari Karang Ranjang ke Cilintang adalah sekitar 5.5 km.





Tim juri yang merupakan gabungan dari Petugas BTNUK, Basarnas dan Srikandi Nusantara bekerja dengan sangat teliti dalam memberikan penilaian dan menunjukkan kekompakannya yang tidak berat pada kelompok manapun, hanya bergantung pada nilai-nilai yang didapatkan. Beberapa tim terakhir yang masuk Karang Ranjang sempat mengikuti pelepasan Tukik di pantai Karang ranjang yang di pimpin oleh Kepala Resort Karang Ranjang Bapak Nana Suhana. Tim yang tertinggal sangat antusias ikut melepaskan Tukik dan memberikan dukungan terhadap pelestarian Penyu Hijau yang sebentar lagi akan menjadi primadona Ujung Kulon selain Badak Jawa. Resort Karang Ranjang saat ini menjadi sorotan sejak Kepala Resort dan tim RPU menemukan Penyu Hijau yang bertelur di pantai kawasan Karang Ranjang sekitar 500 m dari pos. Ke depannya semoga masyarakat pun bisa menyadari betapa pentingnya pelestarian Penyu Hijau dan pengawasan terhadap kawasan pun harus ditingkatkan dari berbagai macam gangguan yang datang dari luar.








Menjelang pukul 15.00 semua tim peserta Lomba Lintas Alam telah kembali ke Cilintang dan kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Puncak acara dilaksanakan malam hari dimana akan diumumkan para pemenang Lomba Lintas Alam. Pukul 07.30 acara dimulai dengan pemberian materi tentang konservasi, penyampaian tentang perkembangan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, program konservasi Penyu Hijau dan ditutup dengan pengenalan tentang hasil hutan yang dikelola masyarakat yaitu Madu. Acara semakin seru dengan kesan dan pesan yang disampaikan oleh peserta yang terasa sangat hidup dipandu oleh salah seorang staff BTNUK. Dan puncaknya adalah pengumuman para juara dan pemenang Lomba Lintas Alam 2017. 


Setelah didahului oleh pengenalan para Juri dan penjelasan mengenai sistem penjurian atau penilaian, dipandu dengan penuh canda oleh Mba Tika maka diumumkanlah Juara Lomba Lintas Alam itu. Mapalaut dari Universitas Tirtayasa Banten berhasil mengumpulkan point terbanyak diikuti Mapa Krakatau Universitas Tirtayasa Cilegon. Tim yang berasal dari luar Banten yang berhasil menjadi pemenang lainnya adalah Tim dari Lampung dan Bandung. Selamat buat para pemenang dan seluruh peserta yang mengikuti Lomba karena telah menunjukkan semangat yang luar biasa.

Penyerahan Trophy kepada para pemenang dilakukan oleh Bapak Drs.Hidayat selaku Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang mewakili Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan mitra yang hadir salah satunya dari WWF. Harapannya adalah kegiatan ini akan tetap berlangsung di tahun berikutnya dengan lebih baik lagi dan tantangan yang baru dan lebih seru. Dan terlaksananya kegiatan ini dengan baik tak lepas dari kerjasama yang baik dari panitia Lomba Lintas alam yang telah menunjukkan kekompakannya sebagai tim. Malam itu acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Bapak Djajuli salah satu staff Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Kegiatan Lomba Lintas Alam ini semoga memberikan manfaat bagi Taman Nasional Ujung Kulon dan juga peserta, dimana peserta bertambah wawasannya dan jadi mengetahui lebih jauh tentang Konservasi Badak.







(Photo : Dokumentasi BTNUK dan Srikandi Nusantara)