World
Rhino Day atau Hari Badak se-Dunia diperingati setiap tanggal 22 September.
Sebagai satu-satunya habitat dari Badak Jawa (Rhinoceros Sondaicus), Balai
Taman Nasional Ujung Kulon memanfaatkan momentum penting ini dengan membuat
rangkaian kegiatan yang bertujuan menggalang dukungan dan kepedulian dari
banyak pihak sehingga bisa meningkatkan kerjasama untuk konservasi Badak di
Taman Nasional Ujung Kulon.
Balai Taman
Nasional Ujung Kulon telah melakukan pengelolaan pada berbagai bidang terkait
antara lain pengelolaan satwa baik badak jawa, banteng dan owa jawa,
pengelolaan tumbuhan langka dan tumbuhan invasive, peningkatan sarpras wisata,
pemberdayaan masyarakat serta pendidikan konservasi. Dalam upaya
menyebarluaskan informasi terkait potensi keanekaragaman hayati dan pengelolaan
yang telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon, maka berbagai
kegiatan dilakukan menyesuaikan dengan target audiens yang ingin dicapai. Salah
satunya adalah pelaksaan kegiatan kampanye konservasi dengan target sasaran
kegiatan adalah mahasiswa pecinta alam melalui Lomba Lintas Alam.
Kegiatan
Kampanye Konservasi Melalui Lomba Lintas Alam Bagi Pecinta Alam Tahun 2017
dimaksudkan sabagai salah satu ajang promosi pengelolaan kawasan Taman Nasional
Ujung Kulon dengan flagship spesiesnya – badak jawa kepada masyarakat
umum. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menyebarluaskan informasi mengenai
potensi keanekaragaman hayati di kawasan TN. Ujung Kulon dan pengelolaan yang
telah dilakukan oleh Balai Taman Nasional Ujung Kulon kepada generasi muda usia
produktif, yaitu mahasiswa pecinta alam.
Perencanaan
kegiatan Lomba Lintas alam ini terbilang singkat persiapannya tak lebih dari
sebulan, dan ini memang perdana di adakan di Taman Nasional Ujung Kulon. Dengan
berbagai pertimbangan untuk kegiatan lomba ini hanya terbatas untuk Mahasiswa
Pencinta Alam yang mendapatkan rekomendasi dari Kampus masing-masing. Hanya
beberapa hari sejak flyer di share diberbagai media sosial, banyak sekali yang
menghubungi Kontak person, dan menyayangkan karena tidak di buka untuk umum.
Namun sebagai awal dari kegiatan yang rencananya akan diadakan setiap tahun,
maka Balai Taman Nasional Ujung Kulon sepakat untuk membatasinya dengan
pertimbangan medan yang belum cukup dikenal oleh peserta dan meyakini bahwa
jalur yang dilalui akan aman untuk Mahasiswa Pencinta Alam yang memiliki dasar
pendidikan alam terbuka.
Hingga
menjelang hari pelaksanaan kegiatan telah terpenuhi kuota sebanyak 25 peserta
yang merupakan Mahasiswa Pencinta alam dari berbagai daerah di Jadebotabek,
Banten, Pandeglang, Bandung, Lampung hingga yang terjauh berasal dari Semarang.
Namun pada saat hari terakhir, sayang sekali beberapa organisasi mapala yang
sudah mendaftarkan diri menyatakan mengundurkan diri, sehingga jumlah peserta dihari
pelaksanaan kegiatan hanya tersisa 17 tim yang masing-masing terdiri dari 5
orang.
Peserta
yang mengikuti Lomba Lintas Alam ini mendapatkan fasilitas sebagai berikut :
Free biaya pendaftaran, transportasi dari Kantor Balai di Labuan, asuransi,
makan selama kegiatan, dan juga kaos serta sertifikat. Pada tanggal 22
September peserta diberangkatkan dari Kantor Balai Taman Nasional Ujung Kulon
menuju Camp di resort Legon Pakis yang berjarak sekitar 200 m dari Cilintang
yang menjadi pusat kegiatan World Rhino Day 2017. Areal dibelakang kantor
Resort Legon Pakis ini telah dibuka dan dijadikan Camping Ground, dan juga
dibuatkan dua buah sumur untuk MCK darurat selama kegiatan. Camping Ground ini
berada dipinggir pantai yang cukup bersih dengan pohon-pohon disekitarnya. Peserta
membawa sendiri perlengkapan Camping mereka.
Sementara
itu kesibukan mulai tampak di Pos Cilintang yang menjadi pusat kegiatan World
Rhino Day 2017 Taman Nasional Ujung Kulon. Tenda-tenda pameran dan tenda acara
telah didirikan. Beberapa staff BTNUK tampak mengatur persiapan-persiapan
perhelatan yang mengambil tema ‘Di Ujung Cula Badak Jawa’ ini. Dan tentunya tim
pelaksana kegiatan Lomba Lintas Alam yang sudah standby dilapangan. Pagi sekali
tim yang terdiri dari Petugas TNUK, RPU, JRSCA, Basarnas dan Srikandi Nusantara
telah siap menembus jalur Cilintang – Seuseupan – Pangorok – Karang Ranjang
untuk memasang tanda arah dan materi tentang konservasi Badak Jawa di
titik-titik yang telah ditentukan. Jalur yang diambil untuk rute pertama
bukanlah jalur yang digunakan untuk pengunjung umum, tetapi jalur Cilintang –
Seuseupan adalah jalur yang digunakan untuk patroli petugas RPU . Jalur ini
juga adalah merupakan lintasan Badak.
Jalur
Cilintang – Seuseupan yang membelah utara ke selatan ini melalui Transek 3,5
yang merupakan titik pemantauan Badak di area tersebut. Jalur yang hanya digunakan untuk patroli itu
tidak terbuka sebagaimana jalur biasa. Karena itu tim memasang tanda arah
dengan jelas, menutup persimpangan-persimpangan jalur dan mempertegas jalur
dengan jejak-jejak yang cukup jelas sehingga aman untuk peserta. Untuk kondisi
medan sendiri jalur ini adalah merupakan hutan hujan tropis dataran rendah
dengan topography yang bisa dikategorikan grade 2 hingga 3 dimana tidak ada
medan yang cukup ekstrem untuk dilalui hanya berupa turunan dan tanjakan yang
tidak begitu dalam atau tinggi dengan ketinggian berkisar 0-25 mdpl. Untuk hitungan
Mapala medan seperti ini terhitung ringan dan sedang, dengan jejak-jejak dan
tanda arah yang jelas diharapkan peserta tidak menemui rintangan yang berarti
untuk melewatinya.
Di
beberapa titik dipasang materi pengenalan konservasi Badak seperti pengetahuan
Pakan Badak dan tempat berkubangnya. Sehingga sepanjang jalur ini peserta
secara tidak langsung bisa belajar dan mengenali hal-hal yang terkait dengan
Badak. Dan tentunya ini adalah bahan yang akan menjadi materi uji di pos-pos
berikutnya, dimana Lomba Lintas alam ini penilaiannya adalah 40% pengetahuan
konservasi Badak, 40% materi ke-pencintaalam-an dan 20% sisanya adalah
kekompakan, kerapihan dan kebersihan kemudian ditambah bonus kecepatan.
Setelah
menempuh jarak sekitar 6,6 km dari Cilintang, angin laut mulai terasa dan
sedikit menurun jalur berakhir di pantai . wilayah ini disebut dengan Seuseupan
dan akan menjadi pos pertama untuk uji materi Konservasi Badak. Tentunya sambil
mengejar waktu nantinya peserta tidak akan menyia-nyiakan kesempatan menikmati
indahnya pantai selatan Ujung Kulon yang berpasir putih dan hamparan karang
indah. Peserta pertama yang sampai ditempat ini masih sangat pagi sehingga
tidak merasakan terik matahari. Dari sini arah jalur adalah menyusuri pantai
terbuka dengan jarak sekitar 1 km kemudian kembali masuk ke hutan. Pos Pangorok
sendiri adalah merupakan tebing dengan cerukan-cerukan dibawahnya yang habis
terkikis oleh ombak. Berjalan sedikit lagi lebih ke dalam, maka peserta akan
menemukan pos II dimana akan diujikan materi pencinta alam bagian pertama.
Pada
tanggal 23 pagi tim pertama Lomba Lintas Alam dilepas pada pukul 06.30 berjarak
5 menit dengan tim berikutnya. Dari
Cilintang peserta ditargetkan sampai di pos I Seuseupan sekitar jam 08.30,
tetapi ternyata lebih cepat dari waktu yang diperkirakan. Kecepatan tidak
menjadi penilaian utama tetapi menjadi nilai bonus yang bisa menambah point
peserta di akhir lomba atau saat menyelesaikan lomba.
Dari
Pos II Pangorok jarak ke Pos terakhir yaitu Karang Ranjang berjarak sekitar 1,5
km mengikuti jalur yang sudah ada dan memang sering dilalui ditambah
tanda-tanda arah dan jejak yang cukup jelas. Tim pertama yang masuk Karang
Ranjang sekitar pukul 09.10 kemudian diikuti tim-tim berikutnya. Di pos ini
diujikan materi pencinta alam bagian kedua. Bukan soal-soal yang sulit
sebenarnya karena adalah merupakan meteri dasar dalam pendidikan dasar pencinta
alam secara umum. Namun letih membuat peserta agak sedikit sulit berkonsentrasi
dengan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tetapi bagi tim lain yang
menguasai materi tersebut tidak begitu sulit untuk mengerjakannya. Dari pos
Karang Ranjang peserta hanya tinggal menyelesaikan jalur terakhir dengan
mengejar kecepatan dan ketepatan waktu. Jalur dari Karang Ranjang terhitung
sangat mudah dilewati karena merupakan dataran rendah dengan jalur yang cukup
jelas karena merupakan jalur umum yang terbuka bagi pengunjung kawasan Taman
Nasional Ujung Kulon. Jarak dari Karang Ranjang ke Cilintang adalah sekitar 5.5
km.
Tim
juri yang merupakan gabungan dari Petugas BTNUK, Basarnas dan Srikandi
Nusantara bekerja dengan sangat teliti dalam memberikan penilaian dan
menunjukkan kekompakannya yang tidak berat pada kelompok manapun, hanya
bergantung pada nilai-nilai yang didapatkan. Beberapa tim terakhir yang masuk
Karang Ranjang sempat mengikuti pelepasan Tukik di pantai Karang ranjang yang
di pimpin oleh Kepala Resort Karang Ranjang Bapak Nana Suhana. Tim yang
tertinggal sangat antusias ikut melepaskan Tukik dan memberikan dukungan
terhadap pelestarian Penyu Hijau yang sebentar lagi akan menjadi primadona
Ujung Kulon selain Badak Jawa. Resort Karang Ranjang saat ini menjadi sorotan
sejak Kepala Resort dan tim RPU menemukan Penyu Hijau yang bertelur di pantai
kawasan Karang Ranjang sekitar 500 m dari pos. Ke depannya semoga masyarakat
pun bisa menyadari betapa pentingnya pelestarian Penyu Hijau dan pengawasan
terhadap kawasan pun harus ditingkatkan dari berbagai macam gangguan yang
datang dari luar.
Menjelang
pukul 15.00 semua tim peserta Lomba Lintas Alam telah kembali ke Cilintang dan
kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat. Puncak acara dilaksanakan
malam hari dimana akan diumumkan para pemenang Lomba Lintas Alam. Pukul 07.30
acara dimulai dengan pemberian materi tentang konservasi, penyampaian tentang
perkembangan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, program konservasi Penyu
Hijau dan ditutup dengan pengenalan tentang hasil hutan yang dikelola
masyarakat yaitu Madu. Acara semakin seru dengan kesan dan pesan yang
disampaikan oleh peserta yang terasa sangat hidup dipandu oleh salah seorang
staff BTNUK. Dan puncaknya adalah pengumuman para juara dan pemenang Lomba Lintas
Alam 2017.
Setelah
didahului oleh pengenalan para Juri dan penjelasan mengenai sistem penjurian
atau penilaian, dipandu dengan penuh canda oleh Mba Tika maka diumumkanlah
Juara Lomba Lintas Alam itu. Mapalaut dari Universitas Tirtayasa Banten
berhasil mengumpulkan point terbanyak diikuti Mapa Krakatau Universitas
Tirtayasa Cilegon. Tim yang berasal dari luar Banten yang berhasil menjadi
pemenang lainnya adalah Tim dari Lampung dan Bandung. Selamat buat para
pemenang dan seluruh peserta yang mengikuti Lomba karena telah menunjukkan
semangat yang luar biasa.
Penyerahan
Trophy kepada para pemenang dilakukan oleh Bapak Drs.Hidayat selaku Kepala Sub
Bagian Tata Usaha yang mewakili Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon dan
mitra yang hadir salah satunya dari WWF. Harapannya adalah kegiatan ini akan
tetap berlangsung di tahun berikutnya dengan lebih baik lagi dan tantangan yang
baru dan lebih seru. Dan terlaksananya kegiatan ini dengan baik tak lepas dari
kerjasama yang baik dari panitia Lomba Lintas alam yang telah menunjukkan kekompakannya
sebagai tim. Malam itu acara ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh
Bapak Djajuli salah satu staff Balai Taman Nasional Ujung Kulon. Kegiatan Lomba
Lintas Alam ini semoga memberikan manfaat bagi Taman Nasional Ujung Kulon dan
juga peserta, dimana peserta bertambah wawasannya dan jadi mengetahui lebih
jauh tentang Konservasi Badak.
(Photo : Dokumentasi BTNUK dan Srikandi Nusantara)