Kawasan
semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon sangat luas, dengan segala potensi
keragaman hayati di dalamnya. Tidak hanya menjadi satu-satunya habitat Badak
Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang tersisa tetapi juga merupakan tempat
pelestarian dan perlindungan bagi banyak spesies lainnya. Bisa dikatakan
Warisan Dunia (The World Heritage) ini adalah laboratorium alam yang sangat
besar dan penting bagi pelestarian satwa maupun tumbuhan.
Melakukan
kegiatan petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon adalah hal yang luar biasa,
karena tidak seluruh destinasi bisa dikunjungi sekaligus dalam waktu singkat.
Dan dalam setiap kunjungan ke salah satu sudutnya maka akan menemukan
keajaiban-keajaiban alam yang selalu menarik untuk didatangi lagi. Selain
sebagai Habitat terakhir Badak Jawa, dan juga satwa lainnya serta begitu banyak
spesies tumbuhan langka, bentang alam di Taman Nasional Ujung Kulon bisa
membuat takjub siapapun yang mengunjunginya.
Jalur Trekking Ke Karang Ranjang
Karang
Ranjang adalah salah satu Resort di Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas
wilayah kerja 9.612,84 ha, terletak di bagian selatan dari semenanjung Taman
Nasional Ujung Kulon. Jika dilihat dari peta , posisinya adalah tepat di bagian
bawah dari leher kepala burung atau bagian yang menyempit (Teluk Selamat
datang). Untuk mencapai pos Karang Ranjang ada tiga alternative yaitu melalui
Laban dengan menggunakan perahu kecil dari Taman Jaya atau Legon Pakis,
kemudian trekking dengan jarak sekitar 1,5km bisa ditempuh dengan waktu sekitar
30 menit. Jalur trekking umum adalah melalui Cilintang dengan jarak tempuh
kurang lebih 7km atau waktu tempuh hampir 2 jam. Alternative berikutnya bagi
yang ingin sekaligus menyinggahi Kalejetan dan melakukan pengamatan burung
sepanjang jalur Kalejetan – Karang ranjang, maka jarak tempuh akan sangat jauh
dan memutar dengan waktu tempuh sekitar 3,5 hingga 4 jam.
Untuk
jalur normal melalui darat perjalanan di mulai dari pos Cilintang (setelah
mengurus perizinan di Resort Legon Pakis atau Kantor Seksi II Handeuleum), melintasi
pintu kecil dari pagar kawat JRSCA (Javan Rhino Study and Conservation Area).
Keseruan petualangan di awalin dari Pos Cilintang ini, memasuki jalur jalan
setapak yang berada di pinggir pantai.
Bagi penggemar Photography dan pencinta serangga bisa mengeksplore
banyak hal disini, capung dan kupu-kupu juga serangga lainnya yang banyak
berterbangan di pinggiran hutan setelah melewati pagar kawat. Kemudian di sisi
kiri jalur terdapat sebuah petilasan atau tempat ziarah yang di kelilingi
dinding batu karang besar dan tinggi yang letaknya agak tersembunyi dari jalur.
Jalur
ini terkadang keluar menepi ke pinggiran pantai, dan menyeberangi dua muara
yang cukup besar . Sebelumnya jembatan untuk menyeberangi muara ini cukup
ekstrim hanya terdiri dari bilah-bilah bambu yang diikat sedemikian rupa ,
namun sekarang sudah dibuatkan jembatan yang permanen sehingga aman untuk
dilalui. Beristirahat sejenak disini kita bisa menikmati pemandangan di pantai
dan sekitarnya. Dan dari jembatan Cilintang hingga jembatan Cipeurepet ini
masih ada sinyal sampai d titik terakhir di pinggir pantai sebelum jalur
kembali masuk hutan. Di Karangranjang sinyal agak sulit kecuali jika mau
berjalan kaki ke Laban, disana sinyal cukup baik. Hal ini sering dimanfaatkan
oleh petugas di lapangan atau di pos Karangranjang jika ingin memberi kabar
penting di lapangan atau sekedar menghubungi keluarga.
Trekking
menuju Karang Ranjang melewati hutan dengan vegetasi yang bervariasi mulai
Hutan pantai, hutan mangrove/bakau, hutan rawa hingga Hutan dataran rendah.
Setelah jalur masuk ke dalam hutan dan meninggalkan pantai, maka jalur yang
ditempuh agak sedikit ekstrim bila di musim hujan. Karena ketika musim hujan
jalur akan digenangi air cukup dalam. Maka bersiap-siaplah untuk menempuh jalur
“offroad” tersebut. Tapi jika musim panas jalur ini sangat aman untuk ditempuh
dan tidak digenangi air.
Sepanjang
perjalanan selanjutnya semakin menjauhi laut utara atau teluk selamat datang
dan makin masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan terdengar kicauan burung, sesekali
ditimpali teriakan khas lutung (Trachypithecus auratus) atau yang sering
terlihat adalah monyet ekor panjang (macaca fascicularis) dan babi hutan (Sus
scrofa). Jika beruntung kita bisa melihat kancil (Tragulus javanicus) berlari
di balik pepohonan menghindar masuk ke dalam hutan.Dan yang menjadi ciri khas
hutan Taman Nasional Ujung Kulon adalah suara burung Rangkong (Buceros
rhinoceros) atau yang disebut juga Enggang cula. Rangkong cula statusnya
termasuk dalam klasifikasi Appendix II,
yang berarti dilarang perburuan dan perdagangannya karena mendekati
punah. Kehebatan burung ini adalah kemampuannya menebar biji-bijian hingga
jarak yang sangat jauh.
Mendekati
pertigaan jalan menuju pos Karang ranjang dan jalur menuju Kalejetan, suara
ombak laut selatan mulai terdengar, menandakan perjalanan akan segera berakhir
dan akan sampai di KarangRanjang. Jalan setapak mulai terlihat dengan jelas dan
tidak lagi ada genangan setelah sebelumnya melewati jembatan kecil dari batang
kayu saat melalui rawa-rawa. Di pertigaan untuk menuju pos Karangranjang kita
mengambil jalur yang ke kanan sementara yang ke kiri adalah jalur menuju
Kalejetan. Tak lama kemudian sampailah di pos Karang ranjang, ombak laut
selatan terdengar bergemuruh. Jarak pos ke pinggiran pantai cukup aman sekitar
300 meter dan berada di dataran yang agak lebih tinggi dari pantai.
Disini
kita bisa mendirikan tenda di samping pos, atau beristirahat di saung yang di
samping pos. terdapat sumur di belakang resort serta 2 buah mck . Hanya itu
fasilitas yang ada di Resort Karang Ranjang karna sebagaimana Resort lainnya
yang termasuk dalam Zona Rimba tidak diperbilehkan untuk membangun fasilitas
lainnya kecuali untuk kepentingan pengelolaan kawasan dan penelitian.
Pengamatan Burung dan Satwa Liar
Begitu
duduk di belakang pos atau saung maka suara burung tak henti berkicau, terbang
dari pohon satu ke pohon yang lainnya. Pos Karangranjang sekelilingnya
ditumbuhi oleh pohon kelapa dan padang rumput. Tupai adalah salah satu satwa
yang paling sering terlihat di antara dahan pohon kelapa, sesekali jenis burung
yang biasa hinggap sendiri. Di sekitar
pos Karangranjang juga masih banyak terdapat banteng (Boss sondaicus) ,
biasanya mereka terlihat di dalam hutan di jalur masuk menuju Cibandawoh. Untuk
Badak Jawa sendiri lintasan atau jalur koridornya juga berada di wilayah
sekitar Pos Karangranjang namun sulit ditemui atau dilihat karena cenderung
soliter dan menghindari manusia. Untuk kunjungan biasa kita tidak bisa masuk ke
jalur koridor atau pun jalur patrol
untuk pengamatan Badak, jadi hanya bisa melewati jalur patrol yang umum
digunakan untuk wisata terbatas.
Satwa
yang paling mudah dilihat dan ditemui adalah Lutung (Trachypithecus auratus).
Pada pagi hari berdirilah agak masuk ke jalur arah karangranjang/kalejetan
sekitar 100m dari pos, disitulah lintasannya setiap pagi bergerombolan pindah
dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencari makan. Atau di jalur menuju Laban, juga merupakan
lintasannya sehingga sering terlihat. Tapi lebih mudah menemukan monyet ekor
panjang dibandingkan Lutung. Satwa lainnya yang mudah ditemukan bahkan terbiasa
dengan manusia adalah biawak (Varanus salvator)). Biawak ini sering muncul
dibelakang pos dan terbiasa mencari sisa-sisa makanan yang dibuang dibelakang
pos. Bergerak pelan-pelan dan lambat
dengan jarak sangat dekat dengan kita, tetapi begitu didekati pergerakannya
sangat cepat untuk menghindar. Biawak populasinya cukup banyak di Taman
Nasional Ujung Kulon tersebar di seluruh wilayah daratan, yang juga paling sering
ditemui di Pulau Peucang. Biawak tinggal tidak jauh dari perairan atau sumber
air atau rawa-rawa hutan. Dalam versi kecilnya yang sering ditemukan juga adalah
kadal (Eutropis multifasciata).
Konservasi Penyu
Taman
Nasional Ujung Kulon selain merupakan habitat Badak Jawa juga menjadi rumah
bagi penyu. Beberapa jenis penyu yang ada dan sering bertelur dikawasan perairan
Ujung Kulon diantaranya adalah penyu
belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Erethmocelys imbricate) dan yang
paling banyak adalah Penyu hijau (Chelonia mydas). Pantai Ciramea dan
Karangranjang adalah tempat yang menjadi favourite bagi penyu hijau untuk
bertelur. Penyu walaupun jelajahnya menempuh jarak ratusan kilo, dia akan
kembali ketempat asalnya untuk bertelur kembali. Karena ancaman terhadap penyu
sangat tinggi yang berasal dari hewan-hewan pemangsanya, maka di Taman Nasional
Ujung Kulon juga dilakukan Konservasi Penyu. Dan dilakukan pemantauan oleh Unit
Monitoring Penyu pada musim-usim bertelur. Salah satu tempat penetasan adalah
di Karangranjang.
Pemantauan
dilakukan pada malam hari menyusuri pantai Karangranjang menuju arah tanjung
tereleng. Ketika menemukan Penyu yang sedang bertelur tindakan yang di ambil
adalah langsung memindahkan telur-telur tersebut dengan teknik yang tepat
kemudian di letakkan ditempat yang telah di sediakan dengan pasir yang sama
dengan saat ditemukan. Telah banyak
telur yang ditetaskan dan menjadi tukik yang kemudian dilepasliarkan kembali ke
laut di pantai Karang Ranjang dan Cidaon.
Trekking ke Cibandawoh
Jika
waktu cukup dan ingin mengeksplore tempat lainnya saat berada di Resort Karang
Ranjang, kita bisa trekking ke Pantai Cibandawoh. Jaraknya sekitar 6 km dari
pos Karang Ranjang, bisa ditempuh melalui pinggiran pantai tapi yang sejuk dan
teduh tentunya melalui jalur yang masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan kita
akan tetap bisa mengamati satwa atau hal lainnya. Jalur Karang Ranjang –
Cibandawoh adalah jalur yang terbuka untuk kunjungan biasa, yang juga adalah
jalur yang ditempuh melalui darat jika ingin ke Cibunar atau Sanghyang Sirah. Seringkali
penziarah singgah dahulu di Karang Ranjang untuk sekedar istirahat sebelum
melanjutkan perjalanan panjang menuju Cibunar.
Di
ujung jalur keluar hutan kita langsung berhadapan dengan pantai Cibandawoh yang
indah. Pantai Cibandawoh mengawali jalur panjang dipantai menuju Citadahan
sebelum masuk ke jalur menuju Pos Cibunar. Di Cibandawoh juga menjadi salah satu titik
camp bagi tim Rhino Monitoring Unit dan Rhino Healthy Unit,
Berburu Sunset di Pantai Karang Ranjang
Setelah melakukan perjalanan yang melelahkan tapi juga menyenangkan, maka menikmati sore di pantai Karang Ranjang adalah hal yang paling menyenangkan, terutama pada saat cuaca cerah. Matahari tepat berada di ujung Tanjung Tereleng di hadapan pantai Karang Ranjang. Gunung Payung terlihat di atas Tanjung Tereleng di hiasi kabut tipis dikejauhan, langit senja di sini selalu berubah-ubah setiap harinya. Cuaca yang bagus dan langit berawan akan menciptakan lukisan senja yang sangat indah. Maka berburu sunset di Pantai Karang Ranjang adalah hal yang harus dilakukan, jangan sampai terlewatkan
Menjelang
istirahat malam, luangkan waktu untuk berkumpul dengan petugas Resort di pos, bertanya
dan berdiskusi tentang banyak hal terkait konserbasi Badak Jawa ataupun hal
lain di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.
Akan banyak cerita dan pengetahuan baru selain pengalaman baru yang baru
saja didapat, sehingga petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon memberi manfaat
selain keseruannya.
(Jangan
lupa selama melakukan perjalanan dan petualangan di manapun untuk tidak
membuang sampah sembarangan. Berlaku bijaklah terhadap alam)