Bunga
Abadi , begitulah dia disebut oleh para pendaki dan pencinta ketinggian. Namun bukanlah simbol keabadian cinta. Hey
kamu yang merasa perlu memetik bunga cantik ini dan mempersembahkan pada
kekasih tersayang sebagai makna keabadian cintamu, ga usah lebay. Cintamu
bergantung bagaimana kesetiaan hatimu, bukan pada si bunga abadi yang kamu petik
dan bawa turun dengan bangga dan merasa gagah berani. Tanpa sadar kamu telah
menunjukkan bahwa dirimu sesungguhnya tak pantas untuk menyinggahi ketinggian
dan menikmati keindahan alam. Naik gunung dan mencapai puncaknya bukanlah soal
kebanggaan dan kehebatan, tetapi adalah memaknai sebuah perjalanan hati,
bagaimana mencintai dan menumbuhkan rasa peduli terhadap alam semesta dan
empati terhadap makhluk lainnya.
Udah
bukan jamannya untuk menjelaskan panjang lebar tentang dilarangnya memetik
bunga ini, apalagi demi sebuah mitos, sebagai tanda cinta yang abadi buat sang
kekasih. Daripada memetik diam-diam bunga ini dan membawanya turun kemudian
mempersembahkannya pada kekasih hati, kenapa kamu ga ajak aja dia untuk naik
gunung dan menyaksikan sendiri keindahannya di tempat yang semestinya. Tentunya
itu lebih indah dan berkesan. Tetapi tentunya si dia harus kamu persiapkan
fisik dan keperluan lainnya yang wajib dipenuhi dalam sebuah pendakian. Percayalah,
si Bunga Abadi hanya akan terlihat cantik ditempatnya, bayangkan ketika terjaga
pagi hari menyaksikannya dihiasi tetes tetes embun di dahan dan bunganya.
photo by Firman nyem
Seperti
si dia kekasih hati, kenali alam sekitarmu, karena Tak Kenal Maka Tak Sayang,
Tak Sayang Maka Tak Cinta. Si bunga
Abadi ini adalah Edellweiss atau Bunga Senduro, nama latinnya adalah Anaphalis
Javanica. Cantik seperti namanya, tumbuh endemik dipegunungan
diketinggian 800 hingga 3400 meter dari permukaan laut atau di zona montana-alpine. Kenapa disebut Edellweiss?
Karena kemiripannya yang dikenal sebagai bunga abadi dan tahan lama, seperti
Edellweiss di pegunungan Eropa (Leontopodium Alpinum cass). Di Asia
penyebarannya ada sekitar 110 jenis, namun di Asia Tenggara hanya sekitar 6
jenis yaitu A.javanica, A.longifolia,
A.maxima, A.arfakensis, A.viscida dan A.helwigii. Anaphalis spp berdasarkan
IUCN redlist dinyatakan sebagai tumbuhan yang terancam keberadaannya .Karena
itu tumbuhan ini statusnya dilindungi Pemerintah bidang Kehutanan sebagai
tanaman langka dengan kategori jarang(rere), yaitu tanaman yang populasinya
besar namun hanya berada di suatu tempat tertentu atau penyebarannya luas
tetapi sudah jarang ditemui karena mengalami erosi dan tekanan yang berat. Ancaman disebabkan oleh aktifitas manusia, karena
dekatnya dengan kehadiran banyak pengunjung di jalur pendakian.
Tumbuhan
Edellweiss bisa mencapai ketinggian 8 meter namun pada umumnya banyak bertahan
dengan tinggi 1 hingga 1,5 meter. Namun dari catatan yang ada, untuk mencapai
tinggi 20cm dibutuhkan waktu hingga 13tahun. Kebayang kan ketika terjadi
kebakaran di padang rumput Alun-alun Surya Kencana di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, dimana banyak tumbuhan Edellweiss yang turut terbakar, berapa
lama hingga kita bisa melihat bunganya bermekaran kembali. Begitu juga dengan
bunga-bunga yang di petik oleh tangan-tangan tak bertanggungjawab ( seperti
kamu, ya kamu yang masih saja usil tangannya memetik dan diam-diam membawa
turun si bunga abadi). Dan tanpa sadar dengan memetik bunga Edellweis kita
telah merampas tempat tinggal begitu banyak serangga dan merusak ekosistem. Bunga
dari Edellweiss merupakan sumber makanan bagi berbagai jenis serangga seperti diptera, hemiptera, lepidoptera,
thysanoptera dan hymenoptera. Kelestarian berbagai serangga bergantung pada
tumbuhan ini dan secara tidak langsung akan mempengaruhi rantai makanan.
photo by Erick Kelana
Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango adalah salah satu tempat perlindungan terakhir
bagi tumbuhan ini. Tercatat ratusan tangkai yang ditemukan di petik dan dibawa
turun oleh pendaki. Dahulu setiap pendaki akan diperiksa seluruh isi kerirnya
untuk memberikan sanksi bagi pendaki yang ditemukan membawa bunga Edellweiss. Waktu
berlalu, kebiasaan tersebut mulai ditinggalkan, dengan menaruh kepercayaan pada
pendaki bahwa mereka adalah orang-orang terdidik yang memahami dan mengikuti
peraturan yang ada. Tetapi sayangnya tidak seperti itu yang terjadi, sama hal
nya dengan sampah, tidak semua pendaki adalah mereka yang benar-benar mencintai
alam. Meninggalkan sampah yang mereka bawa naik dan membawa turun bunga
Edellweiss adalah hadiah yang mereka berikan pada alam yang telah memberikan
banyak keindahan dan hal-hal luar biasa buat mereka. Padahal jelas peraturan
itu telah mereka baca dan tandatangani.
Yuuk
menjadi pendaki yang cerdas dan lebih bijak bertindak terhadap alam semesta.
Stop menjadi pendaki alay yang hanya naik gunung hanya untuk mencapai puncak
dan foto-foto narsis. Jika kita bisa berfoto-foto narsis dengan gadget yang
semakin canggih saat ini, maka gunakanlah Hape dan kamera kita untuk merekam
segala keindahan Edellweiss itu dalam kenangan yang bisa kita lihat dengan
karya seni. Manfaatkan kecanggihan ponsel dan kamera kita untuk mendapatkan
gambar-gambar terbaik hingga kita bisa memperlihatkan pada dunia (bukan Cuma kekasih
hati) bagaimana indahnya Bunga Abadi atau Edellweiss itu.
Salam
Lestari.
(dari berbagai sumber)
photo : Doc dinny
Tidak ada komentar:
Posting Komentar