Ekspedisi
NKRI menyisakan begitu banyak cerita yang akan selalu tercatat dengan rapi. Bermula
dari penugasan dari Garuda Nusantara untuk mengikuti Ekspedisi NKRI Koridor
Sulawesi tahun 2013. Mengikuti proses pendaftaran hingga terlempar ke tempat
yang luar biasa ; Situ Lembang !. Luar biasa karena tempat ini pernah ada di
dalam pikiran dan mimpi-mimpi dan karena memang tempat yang luar biasa.
Situ Lembang berada di kawasan Bandung Utara, pada
koordinat 6o 44’35.53” S 170o 34’31.75 E. Situ Lembang berada diantara Gunung
Burangrang danTangkuban Perahu. Rangkaian gunung yang nelingkari Situ Lembang
konon merupakan bagian dari kaldera Gunung Sunda purba setinggi 3.000-4.000
mdpl, dan rangkaian pegunungan ini terdiri dari dinding-dinding terjal yang
terbentuk akibat letusan gunung yang dahsyat yang terjadi sekitar 105.000 tahun
yang lalu. Selain terkenal sebagai tempat wisata, Situlembang juga adalah
merupakan kawah candradimuka bagi prajurit-prajurit TNI, karena merupakan arena
berlatih bagi pasukan elite TNI AD, Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Sejarah tebing Golden Wall sendiri adalah ketika
diputuskan untuk mencari tebing untuk tempat berlatih, yang selama ini masih
selalu menggunakan Tebing di Citatah. Komandan Pusdikpasus Kopassus Batujajar ,
ketika itu Kol.Inf.Ricky Samuel memberikan instruksi pada Opslat untuk menacari
titik-titik tebing di kawasan SituLembang. Kemudian tim dibantu Tedi Ixdiana
dan tim Skyger melaksanakannya hingga 25 September 2008 ditemukanlah tebing di
daerah Pasir Limus – Situ Lembang. Tebing ini oleh Kol.inf.Ricky Samuel diberi
nama “Golden Wall” karena dianggap sebagai aset berharga ibarat sebongkah emas
di dalam kawaan Situ Lembang, karena teramat pentingnya.
Tebing ini mempunyai ketinggian sekitar 50m dan lebar
100m, dan untuk tingkat kesulitannya menurut Tedi Ixdiana untuk jalur sport
bervariasi antara 5,9 sampai 5,12, sedangkan untuk artificial antara A3 dan A4.
Tebing dengan jenis batuan Andesit ini, akhirnya dirintis menjadi area berlatih
panjat tebing, dengan jalur pertama dibuat oleh ketika itu Serda Cucu Suryaman,
dan sejak itu Tedi Ixdiana dibantu teman-teman Skygers hingga kemudian
diteruskan oleh tim Indonesia Climbing Expedition terus membersihkan tebing dan
menggunakannya untuk ajang berlatih, begitu juga dengan tim Pendaki Serbu.
Adapun jalur-jalur yang sudah tercatat yaitu :
-
Sideway,
grade 5,10a , pembuat jalur Tedi Ixdiana & Skygers
-
Crack, Grade
5,10a, pembuat jalur Serda Cucu 7 Tedi Ixdiana
-
Pohon, grade
5,9, pembuat jalur Tedi, Dicky dan Adi
-
Adrenalin,
grade 5,11a – A3, pembuat jalur Tedi & Bob
-
Hanoman,,
grade 5,11a-A3, pembuat jalur Dakibu Kopassus
Dan ketika materi kelas malam ketika itu adalah
Vertikal Rescue, berdiri dihadapan sekian ratus peserta Ekspedisi, Tedi Ixdiana
dan tim Indonesia Climbing Expedition. Seorang tokoh legenda pemanjat tebing
yang namanya sudah sangat aku kenal, karena pernah menngagendakan latihan
bersama tim ekspedisi sabang merauke yang aku bentuk, sayang tidak dilanjutkan.
Dan malam itu peserta ekspedisi sangat antusias mengikuti materi tersebut.
Kesempatan bertemu dengan sang guru adalah ketika
sedang memberikan pelatihan untuk tim jelajah ekspedisi NKRI di luar. Hingga sampailah
seluruh peserta Ekspedisi NKRI ke tebing yang bernama Golden Wall. Berjejer
bersama para tentara , mahasiswa dan polisi aku berdiri menghadap
dinding-dinding tebing Golden Wall. Ini pertama kalinya lagi aku berhadapan
dengan tebing setelah bertahun-tahun meninggalkan Tebing Kelapa Nunggal dan
Citatah. Aku yang tidak pernah mendalami dunia panjat tebing, bahkan tidak
pernah sekalipun mencoba memanjat dinding-dinding panjat , terpana, dan naluri
yang muncul ketika pertama kali mencoba memanjat di tebing Kalapanunggal hingga
ketagihan mulai datang kembali. Setidaknya tangan dan jari-jariku sempat
kembali menyentuh dan merayapi tebing tersebut. Sesaat saja, karena waktu yang
singkat dan banyaknya peserta yang antusias untuk mencoba. Namun seperti
seorang gitaris yang menemukan sebuah nada kunci awal untuk sebuah karya
musiknya yang indah, aku menemukan kembali rasa dan naluri itu. Dan semua
tersimpan dalam genggaman tanganku.
Setahun kemudian pada saat materi yang sama di Tebing
Golden Wall, di antara peserta Ekspedisi NKRI Koridor Maluku tahun 2014 aku
kembali berada dihadapan tebing itu. Bukan sebagai peserta, namun membantu Mayor
Munir mendokumentasikan kegiatan latihan dan simulasi Vertical rescue hari itu.
Dan aku memanfaatkan momen ini untuk kembali me-review ingatan tentang teknik
pemanjatan dan penggunaan peralatan. Dan mencuri-curi bertanya pada salah satu
asisten dari kang Tedi (begitu dia sering disapa), hingga berkesempatan untuk
bertemu dengan beliau setelah latihan dan simulasi selesai.
Golden Wall ternyata menjadi Tebing keberuntunganku,
menjadi awal yang tidak terduga untuk kembali menekuni dunia panjat tebing yang
dalam mimpipun aku tidak pernah membayangkannya. Karena buatku dulu memanjat
tebing hanyalah sekedar keisengan menjauh dari keramaian kota bersama seorang
sahabat yang sudah almarhum. Bukan menaklukkan tebing yang kami lakukan, tetapi
mengakrabinya sebagai bagian dari perjalanan yang tak pernah henti kami rangkai
untuk segala hal. Golden Wall menghantarkan aku pada seorang Guru dan Pelatih
sehebat kang Tedi Ixdiana. Berkesempatan untuk turun ke Bandung dan menikmati
sarapan Bubur ayam bersama sang guru, bermulalah segala ide dan rencana-rencana
gila (menurut aku gila karena telah begitu lama aku tinggalkan) untuk kembali
memanjat lagi, kali ini bersama teman-teman tercinta dari Komunitas Perempuan
Petualang atau Srikandi Nusantara yang telah aku dirikan sejak 2012. Dan segala
motivasi serta ,kepercayaan diri yang diberikan oleh sang guru terus dan tetap
menyertai langkahku.
Golden Wall adalah tebing keberuntunganku, dan hingga
saat ini bangga telah bisa turut berpartisipasi dalam mewujudkan gerakan sejuta
pemanjat untuk Indonesia . Bangga bisa menjadi bagian dari Pasukan Merah yang
sangat luar biasa......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar