Ini
Ciletuh sebelah mana lagi? Barangkali banyak pertanyaan yang muncul bagi mereka
yang sudah mengenal wilayah Geopark Ciletuh atau Taman Bumi Ciletuh. Tempat
yang tak habis-habisnya untuk di eksplore setiap sudutnya. Pada umumnya
pengunjung Geopark Ciletuh mengenal Panenjoan, Pantai Palangpang dan beberapa
Air Terjun yang tersebar di wilayah ini. Namun ternyata masih banyak
sudut-sudut Taman Bumi Ciletuh yang indah dan menarik untuk didatangi. Seperti yang
membuat penasaran beberapa orang pemanjat dan penggila tebing dan trekking ini.
Setelah sempat menyaksikan Tebing Karang Daeu dari laut, tak ada Kapal jalan
kaki pun dilakoni untuk mencapai tempat tersebut.
Karang
Daeu berada di pinggiran laut sekitar 5 Km dari Pantai Palangpang. Dari Pantai
ini kelihatan Air Terjun Curug Cimarinjung yang juga merupakan arena panjat
tebing bagi para Climber, yang Jalur panjatnya dibuka oleh Indonesia Climbing
Expedition. Jika berkemah atau bermalam di Pantai Palangpang, maka waktu yang
terbaik untuk melakukan perjalanan ke Karang Daeu adalah pagi hari saat
matahari baru muncul. Selain bisa menyaksikan langit pagi yang menghantar
matahari terbit, juga tidak terlalu panas ketika diperjalanan. Dimulai dari
menyusuri Pantai Palangpang ke arah terlihatnya Curug Cimarinjung di ujung
pantai Palangpang. Kemudian melewati sebuah muara dimana terdapat sebuah
jembatan bambu.
Di
Ujung Pantai Palangpang, jalur mulai meninggalkan bibir pantai dan naik
memasuki kawasan hutan pantai yang sudah ada jalan setapaknya. Sepanjang jalur
kita akan menemui jejak-jejak sapi yang oleh pemiliknya dilepas di kawasan
tersebut. Ini lebih mirip dengan jalur Citadahan-Cibunar nya Ujung Kulon,
dimana banyak sekali jejak banteng karena merupakan habitatnya. Sapi-sapi ini
tidak dikandangkan dirumah tetapi dilepas di kawasan dimana disanalah mereka
mencari makan dan tinggal.
Tetapi
kita tidak akan menemukannya sepanjang jalur tersebut karena biasanya mereka
berada di sisi yang mendekati laut. Jalan setapak yang dilalui adalah jalan
tanah dan bebatuan yang jika hujan akan menjadi genangan air dan berlumpur. Setelah
menempuh jarak sekitar 1 km lebih jalur kembali mengarah ke pantai, dan kita
akan menemukan hamparan karang yang unik. Dan tempat itu dinamakan Karang batu
Beulah, mungkin karena terdapat sebuah karang besar di antaranya yang bentuknya
seperti terbelah entah oleh apa. Dan memang pada dasarnya penggila tebing, di
sela-sela karang-karang tersebut ditemukan saja dinding karang untuk sekedar
bergantung dan melakukan Bouldering.
Dari
Karang Batu Beulah jalur kembali masuk menjauhi pantai dan naik turun. Terlihat
dua buah curug yang tinggi dan bersebelahan. Air yang jatuh di antara
dinding-dinding tebing tersebut terlihat sangat jernih, berbeda dengan Curug
Cimarinjung yang berada sejalur di hamparan dinding-dinding tebing tersebut
namun berasal dari sungai yang berbeda. Air Terjun ini cukup jauh dari jalur,
namun pecahan aliran anak sungainya terdapat hampir disepanjang jalur, sehingga
tak perlu khawatir kehabisan air minum jika trekking ke sini. Beberapa aliran
air yang sangat jernih memintasi jalur setapak yang dilalui. Kemudian melewati
sebuah anak sungai yang cukup indah jika disusuri hingga ke arah dalamnya. Air sungai
yang jernih ini terlihat agak keabu-abuan mungkin karena kandungan mineral atau
bebatuan yang menjadi dasarnya. Tetapi tidak mengurangi kesegarannya yang
ditengah terik menggoda untuk berendam di dalamnya. Tetapi perjalanan masih
jauh.
Banyak
tumbuhan dan pepohonan tinggi yang ditemukan di jalur berikutnya. Dan ketersediaan
air yang jernih tersebut ditandai dengan banyaknya spesies Capung yang
berterbangan di jalur yang merupakan perpaduan dari padang rumput, ilalang dan
anak-anak sungai kecil yang melaluinya. Bagi pencinta Capung ini akan menjadi
tempat yang menyenangkan dengan duduk manis mengamati Capung-capung tersebut
berterbangan di kehijauan sekitarnya.
Setelah
melewati jalur yang naik turun, bisa istirahat sejenak di saung milik salah
seorang petani yang membuka lahan pertanian disana. Tak jauh berjalan dari
tempat tersebut jalur mulai menurun dan keluar ke bibir pantai, yang disebut
dengan Keusik Bodas atau pasir putih. Tebing Karang Daeu sudah terlihat dari
sini. Namun jaraknya masih sekitar 1 km lagi dengan menyusuri pantai berpasir
putih tersebut. Di perjalanan kita akan menemukan nelayan-nelayan yang sedang
menjala ikan. Mereka memiliki pondok-pondok disisi dalam tak jauh dari pantai. Biasanya
mereka juga adalah pemilik bagang-bagang yang terdapat diperairan sekitar,
namun pada siang hari mereka menjala ikan disekitar pantai yang berbatu karang
tersebut.
Dan
sampailah di Karang daeu yang dikelilingi oleh hamparan batu-batu karang yang
sangat indah. Untuk menuju Tebingnya harus menyeberang melalui hamparan lantai batu
karang yang berada dibibir pantai, sehingga harus membuka sepatu terlebih
dahulu, atau jika pandai-pandai memilih jalur yang dilalui, air laut hanya semata
kaki di lantai karang tersebut. Dan tibalah di tebing Karang daeu yang pantas
untuk disebut sebagai “ Boulder Park”. Tebing
dinding karang ini dibawahnya terdapat semacam teras dengan jarak yang lumayan
dari tepiannya yang dihantam ombak yang tidk terlalu tinggi. Di sela-sela
dinding tebing bisa digunakan untuk beristirahat dan berteduh dari sengatan
terik matahari.
Dan
tentu saja inilah tujuan mendatangi tempat ini, ‘bouldering’ sepuasnya. Walau hanya
coba-coba karena waktu yang tak cukup banyak. Setidaknya memuaskan rasa
penasaran yang muncul sebelumnya. Dan tempat ini layak dijadikan tempat
berlatih. Dengan membawa peralatan yang cukup, bisa bermalam di dekat sungai
sebelum keluar Pantai keusik Bodas, atau di dekat pondok nelayan tak jauh dari
sana. Tak ada salahnya dicoba dikesempatan yang akan datang. Yang jelas, jangan
pada saat musim angin barat, dimana cuaca sangat buruk dan ombak sedang
tinggi-tingginya. Well silahkan mencoba, karena petualangan adalah pengalaman
yang terbaik dalam menemukan hal-hal baru dalam hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar