Menjelajahi
keindahan Sukabumi memang tak ada habisnya. Tak cukup sekedar mengunjungi
deretan air terjun dan tebing-tebing indah di kawasan Geopark Ciletuh dan
Jampang Kulon, selalu ada alasan untuk kembali menyinggahi sudut-sudut lainnya.
Tetapi bagaimana menjadikan sebuah perjalanan atau petualangan lebih bermakna
daripada sekedar kata jalan-jalan. Itulah yang perlu dikemas sehingga sebuah
perjalanan bisa memberi manfaat bagi alam dan masyarakat sekitar. Sebagian
orang menyebutnya wisata berbasis lingkungan, dan itu lebih mengasyikkan
daripada sekedar jalan-jalan hura-hura atau “selfiepicnic” yang hanya datang
foto-foto lantas pulang. (abaikan istilah tersebut karena tidak terdapat
dikamus manapun :D )
Berawal
karena penasaran dengan nama “Coastal Woodland” ditambah kecintaan terhadap
hutan mangrove, setelah melaksanakan kegiatan lingkungan di Curug Kaca yang
terdapat di Desa Cisuru, muncul ide untuk bersama-sama membantu penanaman pohon
mangrove di tempat tersebut. Maka tim ajag ijig Srikandi Nusantara (Komunitas
Perempuan Petualang Indonesia) mulai kasak kusuk menyusun perencanaan dan
persiapan kegiatan tersebut. Setelah berkordinasi dengan teman-teman Discover
Jampang dan Pokmasi ( kelompok masyarakat lokal yang dipercaya sebagai
pengelola area hutan mangrove tersebut).
Pada
hari yang telah ditunggu-tunggu, dengan membawa perlengkapan kemping yang
seperti pindah rumah, tim menuju Surade, bertemu di Lets Coffee Surade yang menjadi
tempat meeting favourite. Cafe di Surade ini adalah milik salah seorang anggota
Discover Jampang, yang sering menjadi tempat pertemuan para penggiat alam dan
penggerak pariwisata di Sukabumi khususnya untuk kawasan Geopark Ciletuh dan
Jampang Kulon. Disinilah sering muncul ide-ide kreatif dari diskusi-diskusi
tentang pariwisata dan lingkungan. Di Cafe unik dan bersahabat ini , bila
berkunjung bisa menikmati ke-khas-an kopi jampang.
Dari
sini perjalanan menuju Cikaso dimulai. Dari Lets Coffe yang berada di Surade
ini perjalanan mengambil arah menuju Curug Cikaso yang menempuh waktu sekitar
30-45 menit. Di pinggiran sungai Cikaso dikawasan Curug Cikaso telah dibangun
sebuah dermaga untuk perahu-perahu yang digunakan untuk mengantar pengunjung
berwisata ke Curug. Tim tidak dijemput di dermaga ini melainkan di bawah
jembatan, tempat perahu-perahu lain yang merupakan alat transportasi masyarakat
yang berada di sepanjang sungai Cikaso hingga ke hilir muara sungai . Perahu yang akan ditumpangi adalah milik Pak
Haji yang adalah Ketua Pokmasi yang mengelola kawasan hutan mangrove Coastal
Woodland. Niat untuk berpartisipasi menanam pohon mangrove disana mendapat
sambutan yang baik sekali dari mereka. Dan tepat dibawah terik matahari siang
yang menyengat, perahu mulai membawa tim menyusuri sungai Cikaso.
Perjalanan
menyusuri sungai Cikaso ini serasa menyusuri sungai di pedalaman Sumatera atau
Kalimantan (ah ini hanya imajinasiku saja ya pembaca). Dan ternyata di sungai
ini masih terdapat buaya, yang akhirnya terlihat saat perjalanan pulang. Semoga
sungai Cikaso tetap terlindungi sebagai habitat mereka. Setelah sekitar 30
menit perahu sudah mulai memasuki muara dan terlihat lautan dihadapan. Sebelum
berbelok ke kanan menuju kawasan Coastal Woodland, perahu menepi ke daratan
sebelah kiri, dimana ada sebuah desa bernama Tegal Buleud. Ternyata harus
bersandar sejenak untuk menunggu air laut pasang. Karena saat itu air laut
sedang surut, maka perahu tidak bisa melewati sungai yang dangkal permukaannya.
Ini di akibatkan oleh sebuah fenomena alam yang mengakibatkan perubahan pasang
surut di muara. Sejenak tim hanya menghabiskan waktu dengan duduk-duduk dan
mengambil foto ditepian Tegal Buleud.
Sebelumnya
mendapatkan gambaran bahwa tempat untuk camp di kawasan Coastal Woodland ini
adalah savana luas tanpa pohon satupun, terbayang sudah teriknya. Tapi tekad
untuk menanam mangrove menghapus semua bayangan itu. Ketika perahu menuju
kawasan, mulai terlihat panorama indah sepanjang sungai. Deretan pohon-pohon
Mangrove di pinggiran sungai terasa menyejukkan hati, langit biru terik tak
lagi dihiraukan. Tim menikmati semua itu sebagai sebuah petualangan yang
menyenangkan.
Dan
akhirnya perahu memang sempat tersendat karena permukaan sungai yang surut, Pak
haji dan anak buahnya dibantu oleh teman SN terpaksa harus turun kesungai untuk
mendorongnya. Tetapi jarak menuju Camp sudah sangat dekat, sehingga tidak
begitu meyulitkan. Dan ketika sampai di daratan tempat Camp di kawasan Coastal
Woodland bayangan ku tentang tempat itu langsung berubah total. Memang tidak
ada pohon di tempat camp, tetapi dihadapan terbentang hamparan rerumputan hijau
dan pohon cemara laut yang tumbuh setinggi pinggang orang dewasa, berjejer rapi
dibawah nuansa langit biru. Tim menurunkan barang-barang bawaan dari perahu ke
areal Camp. Hal pertama yang harus dilakukan adalah operasi bersih, ketika
melihat sampah-sampah bertebaran di areal Camp. Sepertinya areal camp bersih,
hanya saja sampah yang dikumpulkan sebelumnya sudah diacak-acak oleh anjing dan
bertebaran di tiup angin.
Selanjutnya
adalah mendirikan tenda besar dan berbagi tugas lainnya. Mendirikan tenda
pasukan berukuran 4x8 lumayan sulit, dan hanya bisa tertawa bersama ketika
tenda sudah berdiri ternyata salah, sesuatuu sekalii, mulai dari awal lagi. Dan
sementara hari mulai beranjak petang. Hatipun mulai berpacu antara hendak
menyelesaikan mendirikan tenda dan mengeluarkan kamera untuk memotret senja
yang indah di Coastal Woodland.
Dan
akhirnya disela-sela mendirikan tenda dan merapikan peralatan, semuanya
berkutat dengan hape dan kamera. Ya, senja di Coastal Woodland benar-benar
anugrah bagi tim hari itu, menjadi bonus yang luar biasa indah setelah menempuh
perjalanan jauh. Langit yang tadinya biru dengan arak-arakan awan yang indah
telah berubah warna menjadi warna warni yang membuat takjub. Maka layaklah
Coastal Woodland Cikaso untuk menjadi tempat favourite bagi para pemburu
sunset. Meski tak maksimal
mengabadikannya di sela-sela mendirikan tenda dan membereskan peralatan, namun
akan terekam oleh lensa yang tak ada duanya yaitu ; mata hati.
Tak
cukup itu, gelap malampun langit dihiasi purnama yang temaram di atas Coastal
Woodland. Ketika batang-barang telah dibereskan ke dalam tenda besar, tim mulai
mempersiapkan makan malam. Dan malam itu tim kedatangan tamu dari Discover
Jampang yang singgah untuk melihat dan bersilaturahmi. Sembari berbincang
dibawah langit malam dihamparan rumput hijau, pelan-pelan masakan untuk makan
malampun selesai, dan beramai-ramai menyantapnya.
Tepat
tengah malam seluruh anggota tim beristirahat, karena besok pagi tugas besar
menanti. Tidur berdesak-desakan di bagian ujung tenda yang sengaja terbuka
hingga langit malam terlihat jelas. Letih membuat semua terlelap dalam sekejap,
dan terjaga saat subuh tiba. Sejenak terasa sejuk oleh hujan yang turun. Dan
langit pagi mulai menampakkan matahari yang membawa sinar dalam semburat jingga
yang indah di atas muara Cikaso
Kesibukan
di Camp mulai meramaikan suasana pagi di Coastal Woodland Cikaso. Yang
berbenah, berdandan (karena Srikandi meski parak-aprakan masuk belantara tetap
tak lepas dari kodratnya sebagai seorang wanita), memasak, foto-foto narsis,
dan penuh canda. Menikmati suasana lepas pagi itu sebelum berkutat dengan
lumpur dan bibit-bibit mangrove. Hamparan padang rumput dan pohon-pohon cemara
laut di Coastal Woodland memiliki pesonanya sendiri dibawah langit biru berawan
cantik. Terlalu sulit untuk mengungkapkan keindahan yang berasal dari kolaborasi
alam seperti itu.
Dan
dimulailah tugas itu, dan kami menyebutnya “bersenang-senang”, menuju area
tempat penanaman pohon mangrove. Pohon yang ditanam adalah jenis Apiapi. Dengan
bertelanjang kaki tim yang berjumlah 8 orang siap membawa bibit pohon dan masuk
lumpur. Untuk pembibitan mangrove disini dikelola oleh kelompok masyarakat
lokal yang bertempat tinggal dikawasan tersebut. Bibit yang tersedia berjumlah
ribuan, dan mereka menanamnya setiap hari. Tempat penanaman untuk Srikandi
Nusantara telah disediakan oleh Pak haji, dan dengan aturan jarak yang
menggunakan tali maka sistem penanaman dilakukan secara berjejer dan serentak. Dengan
penuh semangat dan canda ria tim menanam pohon mangrove tersebut. Karena judulnya
bersenang-senang, maka tidak ada yang mengeluh, sebaliknya dengan riang gembira
menanam bibit-bibit pohon tersebut. Bahkan ketika turun hujan, tim tetap
bergerak. Dan tanpa sadar garis awal penanaman telah jauh tertinggal. Dan dalam
waktu kurang lebih 2 jam, sekitar 1000 pohon telah ditanam oleh tim Srikandi
Nusantara. Maka tidak ada kebahagiaan lain saat itu menatap deretan bibit pohon
mangrove yang sudah tertata rapi. Tim meninggalkan area dan kembali ke camp.
Bonus lainnya menunggu, tim dibawa oleh Pak Haji dan Pak RW menyinggahi tempat
indah lainnya dikawasan itu. Kemudian ditengah terik matahari siang, mulai
berkemas untuk meninggalkan Coastal Woodland.
Selesai
sudah melaksanakan misi turut berpartisipasi dalam upaya mencintai bumi. Setiap
perjalanan dan petualangan menjadi lebih bermakna jika bisa memberi manfaat
bagi alam dan masyarakat sekitar. Itulah arti sebuah kebahagiaan. Dan pulang
bukanlah berarti akhir segalanya dari tugas ini, karena tugas lain menanti
kembalinya tim untuk melakukan pengecekan dan penanaman berikutnya. Tak ada
kata menyerah, dan melalui perjalanan ini terjawab sudah rasa penasaran
terhadap sebuah nama “Coastal Woodland Cikaso” yang luar biasa indah. Tempat ini
kelak akan menjadi sangat indah ketika pohon-pohon cemara laut itu telah tumbuh
besar dan hutan mangrove telah rimbun . Ingin menyinggahi tempat ini? Jangan lupa
berpartisipasi dalam penanaman bibit pohon mangrove yaa. Dan jangan lupa juga
untuk tidak meninggalkan sampah bertebaran ditempat ini. Buatlah Bumi
tersenyum, karena telah begitu banyak keindahan yang telah diberikannya untuk
setiap perjalanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar