Gunung
yang berada di wilayah Pasaman (sekarang Kabupaten pasaman Barat dan Pasaman Timur) ini sudah sejak lama menjadi impianku.
Bayangkan saja, gunung-gunung di pulau jawa sudah aku jejaki semua, sementara
gunung yang terlihat indah dari jendela rumahku di Nagari Talu ini belum pernah aku singgahi. Bahkan Alm
ayahanda berkali-kali bertanya kapan aku mau mendaki gunung di kampung halaman
sendiri. Dan ketika kesempatan itu datang , ayahanda sudah tiada. Akan tetapi
itu menjadi pemacu semangat aku untuk bisa menggapai puncaknya dan membawakan
oleh-oleh cerita dan foto bagi ibunda tercinta dan ‘rang kampuang’ di Talu.
Dan
hari itu tibalah, aku telah berjanji dengan salahsatu temanku di cianjur yang
sekarang menetap di Simpang Tiga Pasaman. Dia bersama dengan beberapa anak-anak
tetangganya dan diantar oleh salah seorang senior yang sudah pernah mendaki
gunung talamau. Berarti pendakian akan aman karena kami didampingi orang yang
memang tahu jalurnya. Kami bertemu di desa Pinagar di Kabupaten Pasaman barat, yang merupakan pintu masuk
jalur pendakian ke Talamau.
Akses Menuju Jalur Pendakian
Dari
Kota Padang untuk menuju Desa Pinagar yang merupakan titik awal pendakian, bisa
ditempuh sekitar 4 jam, dengan menggunakan bis
Persada jurusan Padang – Talu . Bis ini bisa di temui di terminal kota
padang atau ruas jalan utama sekitar 4km dari bandara, dengan biaya sekitar
Rp.40.000, dan hanya sampai jam 13.00. Atau bis yang menuju Pasaman, turun di
Simpang IV dan melanjutkan ke Pinagar dengan angkutan kecil yang disebut Keri.
Alternatif lainnya jika langsung dari bandara bisa dijemput oleh Travel dengan
biaya Rp. 70.000 perorang.
Jalur Pendakian Gunung talamau
Kami
memulai pendakian sore hari, dikarenakan keterlambatan mobil yang ditumpangi
teman-teman dari Ophir. Dan tentunya kami tidak akan meneruskan perjalanan pada
malam hari. Untuk itu kami menargetkan sampai di Pos 2 , Camp harimau campo
diketinggian 710 mdpl. Disini dulunya adalah pos tempat tinggal seorang
volunteer penjaga Talamau bernama Bang Daniel. Kemudian Pos dipindah ke jalur
pendakian setelahnya. Sekarang Bang Daniel telah mendapatkan pekerjaan di
kabupaten, dan posisinya digantikan oleh kerabatnya yang sama ketatnya dalam
menerapkan peraturan bagi pendaki.
Jika
beruntung cuaca cerah pada pagi hari di camp Harimau Campo ini kita bisa
menyaksikan biasan matahari terbit diantara pepohonan. Perjalanan dilanjutkan
dari sini menuju basecamp Rajawali putih diketinggian 2880 mdpl, melalui
beberapa pos yang bisa digunakan untuk mendirikan tenda, yaitu :
-
Pos Rindu alam
diketinggian 1100mdpl
Biasa disebut juga dengan pos Sari Bunyibunyian karena
disini bisa didengar suara serangga dan burung-burung. Di pos ini terdapat
sumber air untuk minum. Jarak tempuh dari Harimau campo sekitar 2,5 jam.
-
Pos Bumi Sarasah
1860 mdpl
3 jam dari pos Rindu alam, terdapat pula sumber air.
-
Pos Paninjauan
diketinggian 2500 mdpl
Ditempuh sekitar 2 jam 25 menit dari pos Bumi Sarasah,
dengan medan atau jalur pendakian yang agak sedikit lebih curam dari jalur
sebelumnya.
-
Pos Basecamp
Rajawali Putih 2880 mdpl.
Dari pos Paninjauan dapat ditempuh hanya sekitar 75
menit, melalui tanjakan yang cukup curam, kemudian menuruni sebuah sungai kecil
diantara bebatuan kemudian sampailah di padang datar bernama Padang Siranjano.
Kami
bermalam di Pos Bumi Sarasah sebelum melanjutkan pendakian ke Basecamp Rajawali
Putih karena cuaca yang tidak bersahabat. Dan melanjutkan perjalanan keesokan
harinya.
Diperjalanan
kami menemukan banyak sekali tumbuhan Kantong Semar. Dan tentunya yang paling
terkenal di Talamau adalah pacet. Untuk mengantisipasi aku telah menggunakan
celana legging yang ujung-ujungnya diselipkan kedalam kaos kaki, kemudian
diluarnya aku memakai celana raincoat bukan celana lapangan biasa, dengan
pertimbangan tidak repot lagi jika hujan. Aku juga membalut ujung celana
raincoat didalam Gaitter yang menutupi sebagian sepatuku, ditambah kaos lengan
panjang yang aku masukkan ke dalam celana raincoatku. Aku juga menghindari
beristirahat duduk ditanah, tetapi tetap berdiri dan meletakkan kerir
disalahsatu batang pohon . bukan karena takut pacet, tetapi mencoba
menghindarinya sebisa mungkin.
Setelah
melewati jalur pendakian yang cukup curam, menuruni sungai kecil dan memanjati
jalur bebatuan diatasnya, sampailah di padang rumput Siranjano. Siranjano
seabis hujan seperti sebuah rawa berkabut, dan harus hati-hati melangkah
mengikuti jalur setapak yang tanahnya cukup padat.
Sebelum
mencapai basecamp Rajawali Putih yang berada di dekat talago Puti Sangka Bulan
, yang pertama kali ditemui adalah Talago berwarna hitam disebelah kiri jalur.
Talago ini agak jauh kebawah, dan terlihat sedikit mistis dan membuat enggan
berlama-lama menatapnya. Disebelah kanan jalur setelahnya adalah Talago Biru,
yang tidak begitu luas.
Keseluruhan
Danau atau Talago yang ada di sini berjumlah 13 buah, namun terkadang pendaki
tidak bisa menemukan semuanya. Talago tersebut adalah :
-
Talago Puti
Sangka Bulan
-
Talago tapian
Bagindo rajo
-
Talago Tapian
Puti Mambang Surau
-
Talago Siuntuang
Sudah
-
Talago Puti
bungsu
-
Talago rajo Dewa
-
Talago satwa
-
Talago Lumuik
-
Talago Biru
-
Talago mandeh
rubiah
-
Talago Imbang
Langik
-
Talago Cindua
Mato
-
Talago Buluah
Parindu
Memasuki basecamp Rajawali Putih memutari Talago Puti
Sangka Bulan, maka kita akan disuguhi pemandangan yang luar biasa indah. Jika
cuaca cerah, maka Talago tersebut seperti cermin yang memperlihatkan alam
sekitarnya di permukaannya yang bening.
Di Basecamp Rajawali Putih bisa mendirikan sekitar 5-6
tenda jika kondisi lahan kering, namun jika hujan maka agak sulit menemukan
tempat yang aman untuk mendirikan tenda karena pada dasarnya lahan sekitar
basecamp dan Talago Puti sangka Bulan adalah rumput sarasah yang menyimpan
banyak air. Namun berkemah di basecamp ini sangat luar biasa menyenangkan
dengan pemandangan yang indah dan tanpa sampah. Pada sore menjelang senja dari arah
basecamp jika cuaca cerah maka akan bisa menyaksikan kilauan cahaya matahari
terbenam begitu pula jika pagi hari. Sayang sekali sore ketika itu kabut turun
menyelimuti talago Puti sangka Bulan dan langit sedikit mendung.
Beruntung cuaca cukup cerah di pagi keesokan hari nya,
sehingga sekitar jam setengah enam kami bergegas menuju puncak Talamau. Talamau
memiliki tiga puncak yaitu titik triangulasi 2982 mdpl adalah puncak Trimarta,
kemudian dua lainnya adalah puncak Rajawali dan puncak Rajo Dewa. Puncak
Talamau ditandai dengan ciri khasnya yaitu sebuah kubah bagian atas mushola
berukuran kecil yang dipasang di sebuah tiang. Menurut cerita dahulu bang
Daniel si harimau Campo nya Talamau hendak mendirikan sebuah mushola kecil di
atas puncak tersebut, tetapi entah kenapa rencana itu urung dilaksanakan, hanya
kubah itulah yang sempat dibawa ke atas
Puncak Talamau cukup luas dengan bebatuan yang
berhamparan. Terlihat dikejauhan lautan dan batas cakrawala. Jika tidak ingat
harus mengejar turun hari itu juga, rasanya betah berlama-lama berada disana.
Namun sayang, hari itu harus mengejar turun dan pulang.
Setelah makan siang di basecamp Rajawali Putih, kami
berkemas dan membersihkan seluruh area sekitar tenda dari sampah, kemudian
mengepaknya untuk dibawa turun kembali. Senang melihat jalur dan basecamp serta
keseluruhan dari Gunung Talamau yang masih terlihat bersih dari sampah pendaki.
Semoga teman-teman pendaki lainnya dapat pula menjaga semua itu.
Tentang
Gunung Talamau
Gunung Talamau dengan ketinggian 2982
meter dari permukaan laut (dpl), merupakan gunung tertinggi di Provinsi
Sumatera Barat. Karakteristik Gunung Talamau termasuk salah satu dari
gunung api, tetapi Talamau termasuk gunung yang tidak aktif. Berdasarkan hasil
penelitian Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Gunung Talamau berasal dari berbagai jenis batuan,
yaitu batuan vulkanik produk Galau (campuran) Talamau, yang dari Major
Elemen yang menunjukkan batuan beku di kawasan itu dapat dibedakan
menjadi empat macam yaitu jenis batuan basa (basalt), menengah (andesit),
agak asam (dasit), dan granit (asam).
Sementara untuk keanekaragaman hayati, Gunung
Talamau ditumbuhi oleh beberpa jenis tumbuhan hutan yang terdiri dari
famili Dipterocarpaceae dan hutan famili lauraceae. Famili Dipterocarpaceae
terdiri dari tumbuhan kemaduh (Laportea stimulans), markisa
(Passiflora sp.), sirsak (Annonaceae), senggani (Melastoma
sp.). Di samping itu, bunga edelwis yang tumbuh bermekaran
melengkapi jenis tumbuh-tumbuhan yang bermekaran di lereng Gunung Talamau.
Di dalam hutan terdapat berbagai macam
aneka satwa seperti burung dan binatang. Satwa burung yang ada adalah:
rangkong (Buceros rhinoceros), sempidan sumatera (Lophura inornata),
burung alap-alap (Black-thighed Falconet), ayam hutam merah (Red
Junglefowl). Sedangkan satwa jenis binatang yang sering terlihat di
gunung ini adalah: babi jenggot (Sus barbatus), musang leher
kuning (Martes flavigula), owa (Hylobates muelleri), lutung
dahi putih (Presbytis frontata), bajing tiga warna (Callosciurus
prevostii), dan tupai gunung (Tupaia montana), beruang madu (Helarctos
malayanus), musang belang (Hemigalus derbyanus), kucing batu (Felis
marmorata), rusa (Cervus unicolor) dan macan dahan (Neofelis
nebulosa) yang sering disebut oleh masyarakat setempat dengan harimau
Campo.
Perizinan Dan Peraturan Pendakian
Para
pendaki diwajibkan untuk membawa bebrapa dokumen sebagai berikut:
KTP dan
fotocopynya
Surat izin orangtua (bagi remaja)
Surat izin organisasi (jika berasal dari
organisasi.
Semua
surat-surat tersebtu diperlihatkan pada petugas pos saat akan mendaki, selain
itu logistik dan perbekalan akan di cek saat naik dan turun gunung. Setiap
pendaki wajib membayar retribusi sebagai administrasi dan asuransi.
Berikut
adalah larangan-larangan yang berlaku di gunung ini:
- Tidak
dibenarkan merusak flora dan fauna
- Tidak
dibenarkan membawa Tape recorder. Radio, gitar dan alat musik lainnya
- Tidak
dibenarkan membawa sabun atau bahan-bahan yang bisa mencemari sumber air
- Tidak
dibenarkan membawa dan meminum minuman keras jenis apapun
- Didalam
perjalanan maupun didalam suaka gunung tidak diijinkan berpencar-pencar
- Tidak
diijinkan pendaki putra dan putri tidur dalam satu tenda apapun bentuk
kegiatannya
- Tidak
boleh berteriak-teriak atau bernyanyi-nyanyi keras
- Tidak
boleh memasuki kawasan telaga seperti mandi, mencuci, dan lain sebagainya.
Kecuali mengambil air untuk minum dan memasak
- Dilarang
keras melakukan tindakan mencoret bebatuan, pepohonan dan tindakan
vandalisme lainnya
- Dilarang
keras membuang kotoran disembarang tempat
- Setiap
pendaki harus menghormati adat istiadat setempat
- Para
pendaki diwajibkan membawa turun kembali sampah yang dihasilkan oleh mereka
- Pendaki
harus mematuhi lama izin pendakiannya
-
Melaporkan kejadian atau kerusakan lainnya pada petugas Pos
Dan
sebagaimana mestinya, setiap pendakian sudah seharusnya mempersiapkan diri
sebaik-baiknya dengan perlengkapan dan segala sesuatunya . Sehingga pendakian
dapat berjalan dengan baik dan tetap berjalan pada batas-batas aturan yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar