Jumat, 21 Juni 2019

SERUNYA TREKKING KE KARANGRANJANG



Kawasan semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon sangat luas, dengan segala potensi keragaman hayati di dalamnya. Tidak hanya menjadi satu-satunya habitat Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) yang tersisa tetapi juga merupakan tempat pelestarian dan perlindungan bagi banyak spesies lainnya. Bisa dikatakan Warisan Dunia (The World Heritage) ini adalah laboratorium alam yang sangat besar dan penting bagi pelestarian satwa maupun tumbuhan.

Melakukan kegiatan petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon adalah hal yang luar biasa, karena tidak seluruh destinasi bisa dikunjungi sekaligus dalam waktu singkat. Dan dalam setiap kunjungan ke salah satu sudutnya maka akan menemukan keajaiban-keajaiban alam yang selalu menarik untuk didatangi lagi. Selain sebagai Habitat terakhir Badak Jawa, dan juga satwa lainnya serta begitu banyak spesies tumbuhan langka, bentang alam di Taman Nasional Ujung Kulon bisa membuat takjub siapapun yang mengunjunginya.






Jalur Trekking Ke Karang Ranjang

Karang Ranjang adalah salah satu Resort di Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas wilayah kerja 9.612,84 ha, terletak di bagian selatan dari semenanjung Taman Nasional Ujung Kulon. Jika dilihat dari peta , posisinya adalah tepat di bagian bawah dari leher kepala burung atau bagian yang menyempit (Teluk Selamat datang). Untuk mencapai pos Karang Ranjang ada tiga alternative yaitu melalui Laban dengan menggunakan perahu kecil dari Taman Jaya atau Legon Pakis, kemudian trekking dengan jarak sekitar 1,5km bisa ditempuh dengan waktu sekitar 30 menit. Jalur trekking umum adalah melalui Cilintang dengan jarak tempuh kurang lebih 7km atau waktu tempuh hampir 2 jam. Alternative berikutnya bagi yang ingin sekaligus menyinggahi Kalejetan dan melakukan pengamatan burung sepanjang jalur Kalejetan – Karang ranjang, maka jarak tempuh akan sangat jauh dan memutar dengan waktu tempuh sekitar 3,5 hingga 4 jam.

Untuk jalur normal melalui darat perjalanan di mulai dari pos Cilintang (setelah mengurus perizinan di Resort Legon Pakis atau Kantor Seksi II Handeuleum), melintasi pintu kecil dari pagar kawat JRSCA (Javan Rhino Study and Conservation Area). Keseruan petualangan di awalin dari Pos Cilintang ini, memasuki jalur jalan setapak yang berada di pinggir pantai.  Bagi penggemar Photography dan pencinta serangga bisa mengeksplore banyak hal disini, capung dan kupu-kupu juga serangga lainnya yang banyak berterbangan di pinggiran hutan setelah melewati pagar kawat. Kemudian di sisi kiri jalur terdapat sebuah petilasan atau tempat ziarah yang di kelilingi dinding batu karang besar dan tinggi yang letaknya agak tersembunyi dari jalur.








Jalur ini terkadang keluar menepi ke pinggiran pantai, dan menyeberangi dua muara yang cukup besar . Sebelumnya jembatan untuk menyeberangi muara ini cukup ekstrim hanya terdiri dari bilah-bilah bambu yang diikat sedemikian rupa , namun sekarang sudah dibuatkan jembatan yang permanen sehingga aman untuk dilalui. Beristirahat sejenak disini kita bisa menikmati pemandangan di pantai dan sekitarnya. Dan dari jembatan Cilintang hingga jembatan Cipeurepet ini masih ada sinyal sampai d titik terakhir di pinggir pantai sebelum jalur kembali masuk hutan. Di Karangranjang sinyal agak sulit kecuali jika mau berjalan kaki ke Laban, disana sinyal cukup baik. Hal ini sering dimanfaatkan oleh petugas di lapangan atau di pos Karangranjang jika ingin memberi kabar penting di lapangan atau sekedar menghubungi keluarga.







Trekking menuju Karang Ranjang melewati hutan dengan vegetasi yang bervariasi mulai Hutan pantai, hutan mangrove/bakau, hutan rawa hingga Hutan dataran rendah. Setelah jalur masuk ke dalam hutan dan meninggalkan pantai, maka jalur yang ditempuh agak sedikit ekstrim bila di musim hujan. Karena ketika musim hujan jalur akan digenangi air cukup dalam. Maka bersiap-siaplah untuk menempuh jalur “offroad” tersebut. Tapi jika musim panas jalur ini sangat aman untuk ditempuh dan tidak digenangi air.




Sepanjang perjalanan selanjutnya semakin menjauhi laut utara atau teluk selamat datang dan makin masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan terdengar kicauan burung, sesekali ditimpali teriakan khas lutung (Trachypithecus auratus) atau yang sering terlihat adalah monyet ekor panjang (macaca fascicularis) dan babi hutan (Sus scrofa). Jika beruntung kita bisa melihat kancil (Tragulus javanicus) berlari di balik pepohonan menghindar masuk ke dalam hutan.Dan yang menjadi ciri khas hutan Taman Nasional Ujung Kulon adalah suara burung Rangkong (Buceros rhinoceros) atau yang disebut juga Enggang cula. Rangkong cula statusnya termasuk dalam klasifikasi Appendix II,  yang berarti dilarang perburuan dan perdagangannya karena mendekati punah. Kehebatan burung ini adalah kemampuannya menebar biji-bijian hingga jarak yang sangat jauh.



Mendekati pertigaan jalan menuju pos Karang ranjang dan jalur menuju Kalejetan, suara ombak laut selatan mulai terdengar, menandakan perjalanan akan segera berakhir dan akan sampai di KarangRanjang. Jalan setapak mulai terlihat dengan jelas dan tidak lagi ada genangan setelah sebelumnya melewati jembatan kecil dari batang kayu saat melalui rawa-rawa. Di pertigaan untuk menuju pos Karangranjang kita mengambil jalur yang ke kanan sementara yang ke kiri adalah jalur menuju Kalejetan. Tak lama kemudian sampailah di pos Karang ranjang, ombak laut selatan terdengar bergemuruh. Jarak pos ke pinggiran pantai cukup aman sekitar 300 meter dan berada di dataran yang agak lebih tinggi dari pantai.

Disini kita bisa mendirikan tenda di samping pos, atau beristirahat di saung yang di samping pos. terdapat sumur di belakang resort serta 2 buah mck . Hanya itu fasilitas yang ada di Resort Karang Ranjang karna sebagaimana Resort lainnya yang termasuk dalam Zona Rimba tidak diperbilehkan untuk membangun fasilitas lainnya kecuali untuk kepentingan pengelolaan kawasan dan penelitian.









Pengamatan Burung dan Satwa Liar

Begitu duduk di belakang pos atau saung maka suara burung tak henti berkicau, terbang dari pohon satu ke pohon yang lainnya. Pos Karangranjang sekelilingnya ditumbuhi oleh pohon kelapa dan padang rumput. Tupai adalah salah satu satwa yang paling sering terlihat di antara dahan pohon kelapa, sesekali jenis burung yang biasa hinggap sendiri.  Di sekitar pos Karangranjang juga masih banyak terdapat banteng (Boss sondaicus) , biasanya mereka terlihat di dalam hutan di jalur masuk menuju Cibandawoh. Untuk Badak Jawa sendiri lintasan atau jalur koridornya juga berada di wilayah sekitar Pos Karangranjang namun sulit ditemui atau dilihat karena cenderung soliter dan menghindari manusia. Untuk kunjungan biasa kita tidak bisa masuk ke jalur koridor atau  pun jalur patrol untuk pengamatan Badak, jadi hanya bisa melewati jalur patrol yang umum digunakan untuk wisata terbatas.




Satwa yang paling mudah dilihat dan ditemui adalah Lutung (Trachypithecus auratus). Pada pagi hari berdirilah agak masuk ke jalur arah karangranjang/kalejetan sekitar 100m dari pos, disitulah lintasannya setiap pagi bergerombolan pindah dari satu pohon ke pohon lainnya untuk mencari makan.  Atau di jalur menuju Laban, juga merupakan lintasannya sehingga sering terlihat. Tapi lebih mudah menemukan monyet ekor panjang dibandingkan Lutung. Satwa lainnya yang mudah ditemukan bahkan terbiasa dengan manusia adalah biawak (Varanus salvator)). Biawak ini sering muncul dibelakang pos dan terbiasa mencari sisa-sisa makanan yang dibuang dibelakang pos.  Bergerak pelan-pelan dan lambat dengan jarak sangat dekat dengan kita, tetapi begitu didekati pergerakannya sangat cepat untuk menghindar. Biawak populasinya cukup banyak di Taman Nasional Ujung Kulon tersebar di seluruh wilayah daratan, yang juga paling sering ditemui di Pulau Peucang. Biawak tinggal tidak jauh dari perairan atau sumber air atau rawa-rawa hutan. Dalam versi kecilnya yang sering ditemukan juga adalah kadal (Eutropis multifasciata).








Konservasi Penyu

Taman Nasional Ujung Kulon selain merupakan habitat Badak Jawa juga menjadi rumah bagi penyu. Beberapa jenis penyu yang ada dan sering bertelur dikawasan perairan Ujung Kulon  diantaranya adalah penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Erethmocelys imbricate) dan yang paling banyak adalah Penyu hijau (Chelonia mydas). Pantai Ciramea dan Karangranjang adalah tempat yang menjadi favourite bagi penyu hijau untuk bertelur. Penyu walaupun jelajahnya menempuh jarak ratusan kilo, dia akan kembali ketempat asalnya untuk bertelur kembali. Karena ancaman terhadap penyu sangat tinggi yang berasal dari hewan-hewan pemangsanya, maka di Taman Nasional Ujung Kulon juga dilakukan Konservasi Penyu. Dan dilakukan pemantauan oleh Unit Monitoring Penyu pada musim-usim bertelur. Salah satu tempat penetasan adalah di Karangranjang.

Pemantauan dilakukan pada malam hari menyusuri pantai Karangranjang menuju arah tanjung tereleng. Ketika menemukan Penyu yang sedang bertelur tindakan yang di ambil adalah langsung memindahkan telur-telur tersebut dengan teknik yang tepat kemudian di letakkan ditempat yang telah di sediakan dengan pasir yang sama dengan saat ditemukan.  Telah banyak telur yang ditetaskan dan menjadi tukik yang kemudian dilepasliarkan kembali ke laut di pantai Karang Ranjang dan Cidaon.








Trekking ke Cibandawoh

Jika waktu cukup dan ingin mengeksplore tempat lainnya saat berada di Resort Karang Ranjang, kita bisa trekking ke Pantai Cibandawoh. Jaraknya sekitar 6 km dari pos Karang Ranjang, bisa ditempuh melalui pinggiran pantai tapi yang sejuk dan teduh tentunya melalui jalur yang masuk ke hutan. Sepanjang perjalanan kita akan tetap bisa mengamati satwa atau hal lainnya. Jalur Karang Ranjang – Cibandawoh adalah jalur yang terbuka untuk kunjungan biasa, yang juga adalah jalur yang ditempuh melalui darat jika ingin ke Cibunar atau Sanghyang Sirah. Seringkali penziarah singgah dahulu di Karang Ranjang untuk sekedar istirahat sebelum melanjutkan perjalanan panjang menuju Cibunar.

Di ujung jalur keluar hutan kita langsung berhadapan dengan pantai Cibandawoh yang indah. Pantai Cibandawoh mengawali jalur panjang dipantai menuju Citadahan sebelum masuk ke jalur menuju Pos Cibunar.  Di Cibandawoh juga menjadi salah satu titik camp bagi tim Rhino Monitoring Unit dan Rhino Healthy Unit,








Berburu Sunset di Pantai Karang Ranjang

Setelah  melakukan perjalanan yang melelahkan tapi juga menyenangkan, maka menikmati sore di pantai Karang Ranjang adalah hal yang paling menyenangkan, terutama pada saat cuaca cerah. Matahari tepat berada di ujung Tanjung Tereleng di hadapan pantai Karang Ranjang. Gunung Payung terlihat di atas Tanjung Tereleng di hiasi kabut tipis dikejauhan, langit senja di sini selalu berubah-ubah setiap harinya. Cuaca yang bagus dan langit berawan akan menciptakan lukisan senja yang sangat indah. Maka berburu sunset di Pantai Karang Ranjang adalah hal yang harus dilakukan, jangan sampai terlewatkan













Menjelang istirahat malam, luangkan waktu untuk berkumpul dengan petugas Resort di pos, bertanya dan berdiskusi tentang banyak hal terkait konserbasi Badak Jawa ataupun hal lain di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon.  Akan banyak cerita dan pengetahuan baru selain pengalaman baru yang baru saja didapat, sehingga petualangan di Taman Nasional Ujung Kulon memberi manfaat selain keseruannya.

(Jangan lupa selama melakukan perjalanan dan petualangan di manapun untuk tidak membuang sampah sembarangan. Berlaku bijaklah terhadap alam)



Tidak ada komentar: