Menurut
beberapa orang, kenapa dinamakan Leuwi Kenit, konon ceritanya sesuai namanya
tempat itu adalah merupakan tempat penyimpanan atau tempat untuk mendapatkan
semacam jimat. Apapun dan entah benar atau hanya sekedar cerita, Leuwi Kenit
sama sekali tak menggambarkan sesuatu yang berbau mistik atau semacamnya,
melainkan memperlihatkan sejarah bebatuan purba yang terbentuk selama
bertahun-tahun.
Selain
menikmati keseruan River Tubing dan fasilitas lainnya seperti Via ferata dan
Flying fox, kita juga dapat menikmati keseruan lainnya yaitu menyusuri sungai
untuk menyaksikan keindahan bebatuan purba yang terdapat sepanjang sungai. Dan sekitar
300 meter dari area camp yang kami tempati menuju arah hilir atau Cingangsa,
terdapat dinding tebing dengan keunikan bebatuan yang sangat indah. Jika kondisi
biasa atau musim hujan bisa ditempuh dengan menggunakan perahu karet atau
sambil ber-river tubing-ria. Namun pada musim kemarau justru menyusuri
pinggiran sungai dengan berjalan kaki, banyak menemukan keunikan-keunikan
bebatuan sedimen yang ada disana.
Pemandangan
sepanjang jalur ini pun sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Hamparan bebatuan
yang bertebaran disepanjang sungai, air yang berwarna jernih kehijau-hijauan
adalah perpaduan harmonisasi alam yang sangat indah.
Melewati
jalan setapak, bebatuan dipinggir sungai kemudian memasuki hutan bambu,
sepanjang jalur kita akan bisa melihat dinding tebing dengan bentuk bebatuan
yang memukau. Batuan sedimen yang membentuk lapisan-lapisan unik itu sangat
menarik perhatian siapapun yang berkunjung kesini. Ini merupakan pesona dan
daya tarik tersendiri untuk geowisata Leuwi Kenit.
Kemudian
di antara rumpun-rumpun bambu kita akan sampai pada dinding tebing yang
disebutkan berbentuk ukiran-ukiran semacam tulisan kuno atau artefak. Lipatan-lipatan
bebatuan purba ini membentuk lukisan alam yang sangat luar biasa. Jika diperhatiakn
dengan seksama, ukiran-ukiran tersebut bukanlah merupakan tulisan tetapi
bentukan bebatuan yang mungkin mengalami sedimentasi dengan proses yang tidak
biasa. Lempengan tersebut berbentuk seperti gelombang laut yang membeku dan
tercetak didalam endapan atau sedimentasi. Prof Teguh banyak bercerita tentang
sejarah-sejarah yang kemungkinan terjadi di masa lampau.
Kemudian
disungai pun kita akan menemukan banyak bentuk-bentuk batu yang unik yang
mungkin pada jaman dahulu kala terlempar dan terlepas dari dinding-dinding
akibat gempa atau hal lainnya. Bebatuan yang belipat-lipat pada dinding tebing
ini disebutkan merupakan formasi bebatuan Jampang.
Karena
penasaran dengan keunikan bebatuan ini aku pun mencoba bertanya pada beberapa
teman dari jurusan Geologi dan mencari beberapa referensi terkait dengan
bentukan tersebut. Dari gambar bebatuan yang ada di Leuwi Kenit dibandingkan
dengan referensi yang didapat dimana terdapat kemiripan bentuk, maka
kemungkinan ini adalah yang dinamakan Convolute Lamination.
Convolute lamination adalah laminasi yang tampak
terlipat. Struktur ini muncul bukan karena perlipatan akibat gaya endogen,
melainkan akibat adanya arus yang mengalir disekitarnya atau akibat proses
dewatering / liquefaksi (sedimen kehilangan kandungan air secara tiba – tiba
akibat gangguan). Kehilangan air yang tiba – tiba ini membuat sedimen
kehilangan kekuatannya. Gangguan tadi berupa stress (tekanan) yang disebabkan
oleh berbagai macam hal, salah satunya yang sering terjadi adalah gempabumi.
Apapun dan bagaimanapun penjelasannya, Leuwi Kenit patut untuk didatangi oleh para ahli Geologi yang nantinya bisa memberikan gambaran dan penjelasan yang sesungguhnya. Dan tentunya akan sangat membantu pengerak dan pengelola untuk bisa memberikan interpretasi dan penjelasan yang sebaik-baiknya bagi tamu yang berkunjung kemari.
Dan
diluar ketertarikan terhadap sejarah bebatuan purba tersebut, Leuwi kenit akan teap
sangat menarik untuk dikunjungi dengan segala keindahan dan keunikannya. Ini adalah
keajaiban bumi dimasa lampau yang tersisa, dan ini adalah kekayaan pariwisata
di Indonesia, dan Sukabumi pantas untuk berbangga memiliki Geopark dengan
hamparan Geowisata yang bertebaran begitu banyaknya.
Dan
seperti yang Prof Uguh (Muhamad teguh) katakan “ Di sini Kemarau itu indah”
adalah benar adanya. Leuwi Kenit tetap indah untuk dinikmati meski kemarau
sekalipun.
Referensi